Rabu, 20 April 2011

Gadis SMU kembar


Jam 12.00 siang, kulihat keadaan kantor sudah mulai sepi. Sesekali kuihat lagi jam tanganku, Perutku sudah terasa lapar. Ruang kantorku sepi, sementara aku masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Maklum aku cukup sibuk, sebagai seorang Direktur dari satu perusahaan kontraktor ternama. Sudah 15 tahun aku berjuang jatuh bangun dengan perusahaan ini sampai kubawa ke tingkat yang cukup tinggi. Kini akupun dapat menikmati hasilnya, Sebuah rumah mewah, sebuah apartemen mewah di tengah kota Jakarta, beberapa koleksi mobil mewah, bisa kunikmati sekarang.
Pukul 12.45 siang, ah sudahlah pikirku, jika terus aku berkutat didepan komputer di ruang kantorku ini bisa stress nantinya. Kuputuskan untuk pergi keluar mencari suasana baru sekaligus pergi makan siang. Mercedezku parkir di mall Ambassador Kuningan. Kuputuskan untuk makan siang disana. Setelah tiba di sebuah cafe di mall itu akupun memesan makanan dan secangkir cappucino hangat. Sejenak lepas beban pekerjaanku saat ini, haaah ingin rasanya menarik nafas panjang.
Pandanganku beralih, sekitar 2 meja di depanku, duduk dua orang siswi SMU lengkap dengan baju seragamnya. Mereka tertawa-tawa ceria, sambil memainkan HPnya. Setelah kuperhatikan lebih seksama lagi, ternyata mereka sungguh manis, dan astaga….mereka kembar. Ya kembar identik, sekilas aku tak bisa membedakan antara 2 gadis remaja itu. Dua-duanya punya kulit putih bersih yang mulus. Dua-duanya punya mata bulat dengan bulu mata yang lentik. Dua-duanya punya rambut panjang hitam lurus sepunggung. Dua-duanya memiliki hidung mungil yang lucu. Dua-duanya juga memiliki bibir tipis yang menggoda, dan selalu dihiasi senyum nakal remaja. Selain itu keduanya juga punya tubuh mungil khas remaja, dengan dada yang tidak begitu besar namun montok dan menantang serta dihiasi seragam SMU yang ketat, Rok yang beberapa centi diatas lutut, dan kaus kaki putih panjang yang menutupi keindahan betisnya. Ya, kecantikan wajah dan tubuh mereka, nyaris sempurna, sangat sesuai dengan seleraku.
Waah sebuah pemandangan yang indah dan membangkitkan nafsu syahwatku. Ahh satu kesempatan pikirku, kulirik salah satu dari mereka. Ketika ia melihatku, gadis itu tersenyum kemudian berbicara pada saudara kembarnya, tak lama kemudian mereka tertawa. Ceria sekali pikirku, jiwa-jiwa remaja yang tanpa beban. Sungguh indah. Akhirnya setelah meminum cangkir cappucinoku, aku memberanikan diri mendekati meja mereka.
“Selamat siang nih adik-adik, lagi pada ngapain nih ??” tanyaku.
“Siang juga om..” jawab mereka bersamaan sambil terus tertawa kecil.
“Lagi iseng-iseng aja om, abis dari sekolah…hihi…” jawab yang satu dengan pita pink di rambutnya.
“Om boleh duduk disini ga ?” tanyaku dengan sopan.
“hehehe…boleh donk om inikan tempat umum, siapa aja boleh duduk…” jawab yang satu lagi dengan pita biru muda di rambutnya.
Setelah kuperhatikan ternyata mereka punya sedikit perbedaan, si pita pink punya tubuh yang lebih pendek daripada si pita biru, sementara si pita biru punya satu tahi lalat kecil diatas bibir tipisnya di sebelah kiri. manis sekali pikirku.
“Om boleh kenalan kan ??” tanyaku.
“Hihi…iya boleh donk om…” jawab si pita biru muda.
“Aku Chesya, yang ini saudaraku Vhasya…hihi…” jawabnya sambil tertawa kecil. sementara si pita pink tersenyum nakal.
Oh ternyata si pita pink yang manis ini namanya Vhasya, sementara si pita biru muda namanya Chesya. Nama-nama yang indah pikirku. Setelah kuperhatikan kedua remaja ini mengenakan aksesoris yang lumayan mahal. aku bisa tahu karena anakku yang juga masih SMU minta dibelikan aksesoris-aksesoris macam itu. Berarti mereka berasal dari keluarga yang lumayan berada.
“Kalian saudara kembar kan ?? berapa nih usianya ??” tanyaku penasaran.
“Iya om…aku dan Chesya sekarang 16 tahun sebentar lagi 17 tahun…hihi…”
“Oooh…udah gede-gede ya, pantas cantik-cantik begini..”
“Hihihi…om bisa aja ah…O iya om sendiri belum kenalan…”
Atas permintaan mereka keperkenalkan diriku sebagai Hendro Hartono Direktur sebuah perusahaan kontraktor besar. Sambil berbincang-bincang aku mengetahui kalau Chesya dan Vhasya baru duduk di kelas 2 SMU, lebih muda setahun dibanding anakku, dan mereka kini sekolah di sebuah SMU unggulan di Jakarta. Ayah mereka pengusaha, sementara ibu mereka dosen di Trisakti. Selain sekolah formal mereka juga ikut sekolah Modelling, dan pernah beberapa kali jadi cover girl majalah remaja terkenal, dan pernah juga jadi bintang iklan TV sebuah produk kecantikan remaja. Setelah berbincang selama hampir 1 jam, muncul pikiran-pikiran kotorku.
“Kalian udah punya pacar belum ??” tanyaku.
“Vhasya udah tuh om, nama pacarnya Reno, hihi…”
“Iiih….apaan sih Ches, Reno tuh cuma temen deket aja juga…”
Mereka bercanda-canda, kulihat keceriaan dunia remaja yang indah.
“Kalian udah pernah pacaran kan ?”
“Iya udah Om…tapi ya gitu deh cinta monyet aja….hihi…”canda Vhasya.
“Kalian udah pernah ML ??” tanyaku memberanikan diri.
Sejenak mereka saling berpandangan, kemudian tersenym dan tertawa.
“Iiiih…om apaan sih…kok nanyanya begituan hihihi….”
“Ya kan om mau tau aja udah pernah atau belum ??”
Mereka terdiam sejenak kemudian saling berbisik di telinga saudaranya.
“Emang bener om mau tau ???” tanya Chesya menggoda.
“Iii…iya..lah..” jawabku terbata-bata.
“hihi…kalo mo tau om harus buktikan sendiri….”jawab Vhasya sambil tersenyum nakal.
Astaga pikirku, inilah saatnya. Saat yang dari tadi kunantikan. Keinginan kotor ku disambut oleh jiwa-jiwa muda nakal yang haus akan petualangan. tak boleh kulewatkan. Apa rasanya mereguk kenikmatan dari tubuh-tubuh indah remaja yang masih segar ini pikirku. Aku tak sabar menunggu petualangan apa yang merka tawarkan padaku.
Sekitar jam 6 sore, aku bersama Chesya dan Vhasya keluar dari mall itu. Aku merasakan tatapan-tatapan iri pria-pria di dalam mall itu ketika melihat aku, pria umur 40 tahunan, bertubuh gemuk, berwajah pas-pasan, bercanda ria dengan 2 gadis remaja kembar yang luar biasa cantiknya. Hahaha….naluriku sebagai laki-laki bangkit. Aku merasa sedang menggenggam dunia.
Sebelum keluar dari mall tersebut, aku dan dua kembar itu sempat berbelanja. Aku membelikan mereka beberapa potong baju dan celana, serta pakaian dalam. Kubelikan juga mereka sepasang HP canggih keluaran terbaru. Hahaha…lucu juga pikirku, biasanya aku pergi berbelanja mengantarkan istri dan anakku, kini ceritanya lain. Selain itu sempat juga membeli beberapa snack untuk bisa dimakan nantinya.
Kupacu Mercedezku ke Salah satu hotel ternama milik teman bisnisku, aaah yang dekat sajalah pikirku, toh mereka tak ambil pusing dibawa kemana. Mereka hanya nurut saja dengan apa kemauanku. Setelah Check in di salah satu kamar aku dan dua remaja itu langsung naik menuju kamar yang sudah kupesan itu.
Ketika Chesya dan Vhasya sedang pergi ke kamar mandi, aku berkesempatan menelepon rumah. Aku berbohong pada istriku bahwa aku harus meeting mendadak di Surabaya. Sehingga aku tak bisa pulang malam ini. Chesya dan Vhasya sebelumnya telah setuju menghabiskan malam ini bersamaku.
Kulihat Chesya dan Vhasya sedang menelepon kerumahnya lewat HP mereka. Mereka beralasan menginap di rumah teman untuk mengerjakan tugas sekolah. kulihat cukup lama mereka bergantian berbicara dengan ibu mereka di telepon. Layaknya anak remaja sepertinya mereka banyak mendapat larangan-larangan dari orang tuanya di telepon itu. Untuk memecah perhatianku aku membuka laptop yang selalu kubawa di tas kerjaku.
“Om aku pinjem laptopnya donk, bisa internet kan ?” tanya Vhasya setelah menutup telepon dari ibunya.
“Oh iya sayang, nih…” aku mempersilahkan Vhasya.
Vhasya asyik mengutak-atik laptopku, ia sepertinya sedang cek e-mail, dan membuka Friendster. Kulihat Chesya sedang duduk diatas ranjang sambil menonton Televisi. Kuhampiri dia. Aku duduk di sampingnya, setelah berpandangan ia melemparkan senyum manisnya padaku. Sepertinya ia sudah tau apa yang ku mau. Kuraba-raba punggungnya yang masih terbalut sergam SMU itu. Semerbak wangi tubuh remaja ini membangkitkan gairahku. Kurasakan tubuhnya bergetar ketika tanganku menjelajah turun menuju pinggulnya. Sebuah pemandangan indah ketika aku melihat pahanya yang putih mulus itu ditumbuhi bulu-bulu halus yang tertutup oleh rok mini abu-abu itu. Kuraba tanganku ke lutut halusnya, kemudian bergerak naik ke pahanya sambil menyingkap rok abu-abu itu. Sungguh indah pemandangan paha putih mulus remaja ini, aku sedikit tergelak.
“Oooomm…suka paha Chesya gaaa….??” tanya Chesya manja
“I…iya sayang suka banget…” jawabku terbata-bata.
Tangannya menuntun tanganku menyusuri halus lembut kulit paha itu. Sambil mengelus-ngelus paha dan lutut Chesya aku mendekatkan tubuhku ke tubuhnya. kuraih dagunya untuk mendekatkan bibirnya ke bibirku. Ia melemprkan senyum nakal kepadaku sebelum kulumat bibir tipis remaja 16 tahun ini. Kucium wangi wajahnya, kurasakan halus kulit wajahnya ketika bersentuhan dengan kulit wajahku.
Kulumat habis bibir mungil itu, sambil tanganku terus menjelajahi kemulusan kulit paha gadis itu. Aku tak tahu apa yang dilakukan saudara kembarnya karena aku dalam posisi tidak bisa melihatnya, namun aku tidak perduli, gairahku membumbung tinggi menikmati keindahan bibir Chesya. Chesya mulai mengeluarkan lidahnya memancing aku untuk juga menyambut hot kissing ini. Setelah menikmati ciuman panas ini aku tergoda menyusuri kelembutan kulit wajah Chesya dengan lidahku, kujilati kulit pipinya, hidungnya, dan dagunya. Chesya hanya tertawa-tawa kecil menghadapi perlakuanku. Aku pun berpindah, kini ingin kurasakan kehalusan kulit paha mulus berbulu halus itu dengan lidahku. Sejenak kulihat Vhasya masih sibuk di depan laptopku, ia nampak serius dengan kesibukannya sendiri.
Aku berhenti sejenak, aku berpandangan dengan Chesya, ia tersenyum manja kepadaku. Kuraih tubuhnya, lalu perlahan kubuka kancing baju seragam SMU-nya. Astaga, kulihat kulit putih mulus yang membalut daging kenyal yang memiliki bentuk indah tergantung di dadanya. Payudara Chesya ditutupi Bra berwarna krem. Ukuran payudaranya tidak terlalu besar, kutaksir hanya sekitar 32B, namun bentuknya bulat, padat dan sangat menggoda.
Tanpa menunggu lama kuraih keindahan daging kenyal itu, lembut kulitnya sambil perlahan kuremas-remas. Chesya sedikit mendesah sambil tangannya sedikit menepis tanganku dari payudaranya, kutatap wajahnya yang memerah karena malu. sambil tertunduk ia mulai membuka seragam sekolahnya dan kemudian menanggalkan Bra-nya. Kini payudara gadis remaja itu tertampang mulus. Sekarang aku bisa melihat puting payudaranya yang mungil berwarna merah muda itu.
Dengan gemas aku mulai memainkan jemariku pada puting mungil Chesya, sesekali kulihat wajahnya yang tersenyum malu-malu. Sambil meremas payudaranya aku sudah tidak tahan lagi untuk segera menyapu kulit mulus itu dengan lidahku. Kuhisap puting payudara kirinya dengan mulutku sambil kujilati juga.
“Aduuuh…om pelan-pelan sedikit..” Chesya bereaksi.
“Waah…udah mulai nih ?” kulihat tiba-tiba Vhasya menghampiri aku dan Chesya, tetapi ia tidak bergabung, hanya duduk disisi ranjang sambil memperhatikan permainanku.
“Sssttt….uuuh….om….” Chesya merem melek menghadapi sapuan lidahku di sekitar puting payudaranya.
Desahan-desahan Chesya terdengar halus dan membangkitkan gairahku. Satu-persatu kujelajahi kenikmatan dua payudara belia itu. Sambil menikmati kehalusan kulit payudara Chesya, Vhasya mulai mengelus-ngelus punggungku. Aku semakin menggila. Jilatan-jilatanku semakin liar di payudara Chesya.
Setelah puas mereguk kenikmatan payudara belia Chesya, aku mulai menelanjangi diriku. Aku memberikan tanda kepada mereka untuk menanggalkan pakaian mereka juga. Vhasya terlihat santai, ia belum mau membuka seragamnya, namun Chesya yang sudah tanggung ‘ON’ langsung menanggalkan pakaiannya. Penisku langsung mengacung dengan tegak.
Aku tidak tahan untuk melanjutkan permainanku dengan Chesya tadi, kuberi tanda kepada Vhasya untuk menunggu gilirannya nanti, ia hanya tersenyum kepadaku. kurebahkan tubuh telanjang Chesya diatas ranjang, kemudian kuangkat kakinya keatas sambil kulebarkan. setelah posisi Chesya mengangkang aku dapat melihat vaginanya. Vagina Chesya terlihat mulus menggairahkan, merah muda, sempit dengan bulu kemaluan yang halus dan masih jarang. Ingin sekali rasanya ku menikmati jepitan vaginanya. Kubimbing penisku yang sudah mengeras menjelajah masuk melalui bibir vagina Chesya.
“Uugghh…om pelan-pelan…” Chesya sedikit merintih.
Setelah membenamkan seluruh penisku di dalam vagina Chesya, kulihat wajah Chesya, ia seperti mengerang menahan sakit dan nikmat yang menjalari vaginanya. Setelah ia menoleh padaku kuberi tanda ia bahwa aku akan memulai. Hangat kurasa menjalari penisku, jepitan vagina Chesya membuatku keenakan, aku tidak sabar segera memompa liang nikmat remaja itu. Kulihat lagi wajahnya yang sayu namun tetap kelihatan cantik, semakin menambah semangatku untuk menyetubuhi gadis ini.
Pompaan demi pompaan kulakukan terhadap vagina Chesya. Tubuh kami bergerak seirama menyambut kenikmatan yang datang membabi buta. Ketika kuhujamkan penisku memasuki vaginanya, ia pun bergerak sejalan membenamkan penisku masuk terus ke vaginanya. Kurasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya, saat ini aku sedang menyetubuhi seorang gadis remaja yang cantik dan seksi. Hanya beberapa menit tubuh kami mulai deras berkeringat namun harum wangi tubuh Chesya mampu membuatku lebih bersemangat menikmati persetubuhan ini.
Disela-sela genjotanku, kusempatkan mengintip wajah Chesya yang kelihatan panas, dengan mulut mungilnya yang megap-megap mencari udara, Matanya terpejam sambil merintih-rintih keenakan. Kepalanya ia jatuh-jatuhkan ke kanan dan kekiri, ikut menyibakkan rambut halusnya yang terurai panjang, Sungguh pemandangan yang seksi.
“Uuuuh…aaah…om….uuuh…” lenguhnya.
“uuuh…Kamu pernah…ahh…dientot begini sama pacar kamu Chesya ?” tanyaku dengan terbata-bata.
“Aaaah…ga pernah om…ga pernah segede om…sshhh…”
desisnya
“hihihi…iya om…Chesya keenakan tuh” ledek saudara kembarnya hasya
Waah, mereka memang masih amatir pikirku, Justru aku suka yang begini, gadis-gadis dengan pengalaman seks yang masih minim justru membangkitkan libidoku. Aku tahu mereka pasti sudah bukan perawan lagi, namun jepitan vagina Chesya membuatku menarik kesimpulan kalau mereka mungkin baru beberapa kali saja ML dengan pacar-pacarnya, masih bisa dihitung dengan jari tangan.
Aku hampir lupa dengan Vhasya, sedikit kumenoleh kepadanya. Vhasya dengan sabar menunggu gilirannya kulihat ia rebahan sambil meremas-remas payudaranya yang tertutup seragam SMU itu, nampaknya ia juga horny melihat persetubuhanku dengan kembarannya. Ketika ia menyadari penglihatanku, ia tersenyum padaku, kubalas senyumannya sambil memberi tanda untuk menunggu gilirannya. Lekuk-lekuk tubuh Vhasya makin menaikkan tensiku menggenjot tubuh Chesya. Naluriku mulai menggila, kuposisikan tubuhku untuk lebih mudah menusuk-nusuk vaginanya, itu membuatnya lebih mengangkang, namun jepitan vaginanya terasa tidak berubah, “kuhajar” vagina Chesya dengan gerakan yang cepat sambil tanganku bergerak liar menggerayangi payudara mungilnya yang terbanting-banting akibat gerakanku.
“Aaaahhh….ooohhh….ooom…pelaan-pelaaan….aaaah” Chesya berkelojotan
“Iya om pelan-pelan, kasihan tuh Chesya….” Vhasya terlihat kuatir melihat keadaan adiknya.
Aku tidak peduli, yang kupikirkan hanya aku ingin segera melepas birahi yang sudah ingin meledak keluar dari bawah ini. Kugenjot tubuh Chesya makin keras membuat ranjang yang kami tempati bergoyang-goyang.
“Aaaah…..ampun om !!….sakiiit…aaah…” Chesya mengeluh
“Sudah om cukup !!” Kulihat wajah Vhasya mulai khawatir
Aku tidak tahu tenaga dari mana, dalam kondisi seperti ini aku masih saja belum mencapai orgasme, sementara lawanku dalam persetubuhan ini, gadis SMU bernama Chesya ini sudah gelagapan menghadapi “pertempuran” ini. Mungkin aku terlalu ‘excited’ karena sudah sangat lama tidak merasakan tubuh-tubuh belia seperti dua gadis kembar ini.
Chesya hanya bisa berteriak-teriak kecil sambil tangannya mencakar-cakar ranjang. tubuhnya berkelojotan menahan sakit dan nikmat, membuat dadanya membusung seksi menunjukkan kebulatan payudaranya yang segera kulahap dengan mulutku.
Ditengah-tengah kerasnya genjotan ku, kudengar suara tangis Vhasya yang merasa sedih melihat posisi adiknya di dalam pelukan buas diriku, aku tidak memperdulikannya, ku perkuat frekwensi sodokanku untuk mencapai orgasme. Kuhujamkan penisku dalam-dalam ke vagina Chesya disaat yang sama aku merasa akan segera orgasme.
“Aaaah….anjiiiing !! enak banget memek kamu Sya !!! aaaagghhh….!!” teriakku ketika mencapai puncak.
Kuhujamkan penisku bersamaan kurasakan orgasme luar biasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Sperma bermuncratan keluar dari ujung penisku membasahi rahim Chesya. Puas rasanya.
Kudiamkan beberapa saat penisku didalam vaginanya usaiku mencapai orgasme sambil mencoba menarik nafas, tubuhku terasa lemas namun sangat puas berhasil mereguk kenikmatan gadis belia ini. Kulihat kondisi Chesya yang sudah sangat kepayahan, Ia tergeletak lemah tak berdaya, penuh keringat dan mencoba menarik nafas. Kulihat payudaranya yang bulat kecil itu naik turun, ia menangis sambil tidak berani melihat wajahku. Vhasya juga kulihat menangis terisak-isak melihat kondisi adiknya. Aku terdiam sementara, tidak ada rasa kasihan pada diriku. Mungkin birahi setan sudah menguasaiku untuk ingin lagi mereguk kenikmatan tubuh-tubuh muda ini.
Kutarik penisku keluar dari vagina Chesya, sambil berjalan aku mencari segelas air untuk mengembalikan tenagaku.
Vhasya langsung kontan memeluk adiknya yang tergeletak lemah itu. Mereka menangis sambil berpelukan.
“huuu…Kamu ga pa pa Ches ?? huuu…” Tanya Vhasya kepada Chesya sambil terisak-isak
Chesya tidak menjawab ia hanya mengangguk pelan tanpa tenaga. Setelah kuhabiskan segelas air putih yang kuambil tadi kudekati ranjang tempat mereka berdua tadi.
“Terima kasih sayang, tadi ‘appetizer’ yang sangat luar biasa, jangan terus-terusan menangis donk, hari ini masih panjang kan, dan akan jadi lebih panjang…” seringaiku kepada dua gadis kembar itu diikuti wajah mereka yang memelas takut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar