Sabtu, 26 Maret 2011

Tamara Bleszynski Bikini in Beach



Actress Tamara Bleszynski come up section at film thriller 'Air Terjun Pengantin'. well, to be able to watching action Tamara Bikini you are obligatory demoes citizen sign card before enter cinema.

Tamara unfold film that not to consumsion by underage onlooker. She even also emphasized if 'Air Terjun Pengantin' enters category 17 year to on.

' later that watch that film must be inspected KTP-, ' said characterization tiara that moment met at fx public square, jl. jend sudirman, jakarta south, monday
Only Tamara, the stage manager rizal mantovani also set out several actress other not lose the section. Among others, Tyas Mirasih and Navy Rizky Tavania.












Memperbesar Mr P? Awas Risikonya!


Kaum lelaki selalu merasa cemas bila ingin membesarkan ukuran Mr. P sesuai keinginan mereka. Dari sudut pandang dunia medis, dr. Williams juga menegaskan masalah tersebut hampir selama 20 tahun di dunia medis, mungkin hal berikut bisa menjadikan sebuah pertimbangan pikiran, perasaan, kecemasan, serta kenyataan seksual yang dihadapi kaum pria di seluruh dunia.

Kebanyakan pria yang bermasalah dan mengalami kesulitan saat berhubungan seks, khususnya hilangnya “erectile firmness,” tidak akan membicarakan hal tersebut pada istri mereka, kekasih mereka, dan cenderung mengutarakannya pada dokter pribadi mereka.


Kebanyakan lelaki lebih suka membiarkan hal tersebut dan mencari solusinya serta membuatnya sebagai topik percakapan di tempat kerja,di klub kesehatan, dengan teman-temannya, Internet, dan tentu saja di ruangan ganti lelaki.


Erectile Dysfunction (ED/Kegagalan Ereksi) diderita sekitar 1/3 laki-laki dari segala ras.Rata-rata ukuran Mr. P laki-laki yaitu berkisar sekitar 5,5 inci, menurut penelitian Kinsey.


Kanker prostat merupakan kanker yang banyak dialami kaum pria di dunia. Sebanyak 38.000 laki-laki meninggal karena kanker prostat di Amerika dan kecenderungan tersebut semakin meningkat.


Benign prostatic hypertrophy (BPH) banyak diderita sekitar 50 sampai 75% laki-laki. Sebanyak 90% kaum lelaki tidak bahagia dengan ukuran, panjang, serta kemampuan seksual Mr. P mereka.


Banyak pria tertarik memperbesar ukuran Mr. P mereka. Sebagian besar pria percaya, satu-satunya cara untuk memperbesar ukuran Mr. P adalah dengan menggunakan pompa Mr. P(Penis Pumps); sebuah alat untuk menarik serta memperberat Mr. P, atau melalui phalloplasty(operasi pembesaran Mr. P).


Meskipun tidak satupun dari cara-cara tersebut yang tepat bagi setiap pria yang ingin menambah ukuran Mr. P mereka. Berikut efek dari alat-alat yang sering digembar-gemborkan di iklan bisa digunakan untuk memperbesar Mr P:


Pompa Mr. P


Menilik industri hiburan yang sedang marak dewasa ini, Pompa Mr P (penis pumps) kelihatannya hanya sebuah iklan yang sering muncul di halaman belakang majalah khusus laki-laki. Meskipun mereka memerlukan kemampuan untuk memproduksi sebuah elephantine phallus.


Pada kenyataannya, pompa penis dapat digunakan oleh kaum lelaki yang menderita kencing manis (diabetes) insulin kronis atau gangguan peredaran darah, yang dapat disembuhkan dengan sebuah pengobatan.


Kaum lelaki yang mengalami kondisi tersebut cenderung mempunyai peredaran darah yang buruk karena metabolisme gula mereka, sehingga peredaran darah tidak akan menjangkau daerah tersebut.


Pompa akan memperluas kulit di bagian bawah jaringan sehingga pompa dapat mengapit sebelah aliran darah dan menghentikannya pada Mr. P. Dengan mengapit tepat pada tempatnya, mereka dengan ringkas dapat berhubungan seks.


Buka penjapit tersebut dan ereksi akan segera berakhir, mengulang-ulang penggunaan pompa tidak akan menaikkan ukuran Mr. P Anda, karena hanya akan membuat ereksi Anda tergantung pada alat tersebut.


Mungkin Anda juga telah mengetahui jenis pompa penis yang telah disetujui FDA, meskipun hal tersebut tidak akan menjamin masalah kesehatan Anda.


Kami bahkan belum mengadakan sebuah studi seimbang yang membahas tentang pomapa Mr. P, pompa tersebut hanya akan membuat Mr. P Anda berereksi sebagian (semi-erection) sehingga Anda dapat menembus bibir Miss V.


Alat Peregang


Banyak jenis alat peregang yang beredar di pasaran. Kebanyakan alat medis phallic yang digunakan untuk memperbaiki jaringan kesehatan pada sebuah operasi bedah untuk memotong ikatan sendi tulang suspensory.


Alat ini diperlukan untuk dalam kasus-kasus yang jarang dijumpai untuk meredakan luka serta bekas luka serta untuk melekatkan kembali luka. Kecuali Anda telah mengalami pembedahan penile dalam waktu sedikitnya 24-36 jam terakhir, sehingga Anda tidak memerlukan sebuah alat regang lagi.


Alat Penggantung


Mengukur berat Mr. P telah dilakukan sekitar 2.000 tahun yang lalu yang tetap dilanjutkan oleh suku bangsa Afrika tertentu. bahkan Firaun dari Mesir purba pun melatih metode pembesaran Mr. P, namun hal tersebut tidak terbukti karena meskipun Mr. P semakin panjang sejalan dengan waktu tetapi ketebalannya akan semakin menurun.


Tergantung alat penimbang yang digunakan, penurunan peredaran darah, yang bahkan bisa menyebabkan necrosis pada jaringan atau kematian jaringan


Surgery-Phalloplasty


Campur tangan pembedahan sangat diperlukan untuk laki-laki sesuai kondisinya, salah satunya yang biasa disebut ' micro-penis'.


Kenaikan penile yang melalui pemotongan ikatan tulang sendi suspensory dan/atau melalui penyuntikkan dengan lemak akan menyebabkan kondisi yang serius bahkan menyebabkan kerusakan.


Operasi tidak akan dapat menaikkan otot-otot kekuatan atau panjang penile serta tidak akan mempertahankan ereksi yang Anda alami; dan operasi juga tidak bisa meningkatkan kemampuan ejakulasi Anda.


Pada kenyataannya bebrapa penelitian menunjukkan, pemotongan sendi suspensory untuk memperbesar Mr. P biasanya dapat menyebabkan pemendekan ukuran Mr. P karena terjadi goresan pada sendi yang kosong.


Metode Pembesaran Alami


Sebuah kelompok dokter menyatakan, Mr. P dapat diperbesar secara alami meskipun memakan waktu sampai 4 tahun tetapi mereka telah menentukan bagaimana menyempurnakannya tanpa melibatkan alat berat, kerekan,alat peregang, penyuntikkan, ataupun pembedahan.


Mereka telah membuat sebuah program yang dapat menambah panjang dan besar Mr. P, serta kemampuannya saat berhubungan seks.


Program tersebut tidak melibatkan berat, perangkat, pompa, atau pembedahan. Program tersebut sangat alami yang didasarkan penelitian terbaru seputar kesehatan pria pada Universitas terkemuka, termasuk sebuah riset yang memenangkan Nobel Prize 2 tahun yang lalu.


Saya mendorong Anda agar mempelajari lebih banyak tentang kenyataan serta kekeliruan memperbesar Mr. P serta teknik pembesaran Mr. P secara alamiah, dengan membaca Buku Panduan System Elektron.

Akibat buah terlarang

Istri sudah punya. Anak juga sudah sepasang. Rumah, meskipun cuma rumah BTN juga sudah punya. Mobil juga meski kreditan sudah punya. Mau apalagi? Pada awalnya aku cuma iseng-iseng saja. Lama-lama jadi keterusan juga. Dan itu semua karena makan buah terlarang.

Kehidupan rumah tanggaku sebetulnya sangat bahagia. Istriku cantik, seksi dan selalu menggairahkan. Dari perkawinan kami kini telah terlahir seorang anak laki-laki berusia delapan tahun dan seorang anak cantik berusia tiga tahun, aku cuma pegawai negeri yang kebetulan punya kedudukan dan jabatan yang lumayan.

Tapi hampir saja biduk rumah tanggaku dihantam badai. Dan memang semua ini bisa terjadi karena keisenganku, bermain-main api hingga hampir saja menghanguskan mahligai rumah tanggaku yang damai. Aku sendiri tidak menyangka kalau bisa menjadi keterusan begitu.

Awalnya aku cuma iseng-iseng main ke sebuah klub karaoke. Tidak disangka di sana banyak juga gadis-gadis cantik berusia remaja. Tingkah laku mereka sangat menggoda. Dan mereka memang sengaja datang ke sana untuk mencari kesenangan. Tapi tidak sedikit yang sengaja mencari laki-laki hidung belang.

Terus terang waktu itu aku sebenarnya tertarik dengan salah seorang gadis di sana. Wajahnya cantik, Tubuhnya juga padat dan sintal, kulitnya kuning langsat. Dan aku memperkirakan umurnya tidak lebih dari delapan belas tahun. Aku ingin mendekatinya, tapi ada keraguan dalam hati. Aku hanya memandanginya saja sambil menikmati minuman ringan, dan mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan pengunjung secara bergantian.

Tapi sungguh tidak diduga sama sekali ternyata gadis itu tahu kalau aku sejak tadi memperhatikannya. Sambil tersenyum dia menghampiriku, dan langsung saja duduk disampingku. Bahkan tanpa malu-malu lagi meletakkan tangannya di atas pahaku. Tentu saja aku sangat terkejut dengan keberaniannya yang kuanggap luar biasa ini.
'Sendirian aja nih.., Omm..', sapanya dengan senyuman menggoda.
'Eh, iya..', sahutku agak tergagap.
'Perlu teman nggak..?' dia langsung menawarkan diri.

Aku tidak bisa langsung menjawab. Sungguh mati, aku benar-benar tidak tahu kalau gadis muda belia ini sungguh pandai merayu. Sehingga aku tidak sanggup lagi ketika dia minta ditraktir minum. Meskipun baru beberapa saat kenal, tapi sikapnya sudah begitu manja. Bahkan seakan dia sudah lama mengenalku. Padahal baru malam ini aku datang ke klub karaoke ini dan bertemu dengannya.

Semula aku memang canggung, Tapi lama-kelamaan jadi biasa juga. Bahkan aku mulai berani meraba-raba dan meremas-remas pahanya. Memang dia mengenakan rok yang cukup pendek, sehingga sebagian pahanya jadi terbuka.

Hampir tengah malam aku baru pulang. Sebenarnya aku tidak biasa pulang sampai larut malam begini. Tapi istriku tidak rewel dan tidak banyak bertanya. Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Wajah gadis itu masih terus membayang di pelupuk mata. Senyumnya, dan kemanjaannya membuatku jadi seperti kembali ke masa remaja.

Esoknya Aku datang lagi ke klub karaoke itu, dan ternyata gadis itu juga datang ke sana. Pertemuan kedua ini sudah tidak membuatku canggung lagi. Bahkan kini aku sudah berani mencium pipinya. Malam itu akau benar-benar lupa pada anak dan istri di rumah. Aku bersenang-senang dengan gadis yang sebaya dengan adikku. Kali ini aku justru pulang menjelang subuh.

Mungkin karena istriku tidak pernah bertanya, dan juga tidak rewel. Aku jadi keranjingan pergi ke klub karaoke itu. Dan setiap kali datang, selalu saja gadis itu yang menemaniku. Dia menyebut namanya Reni. Entah benar atau tidak, aku sendiri tidak peduli. Tapi malam itu tidak seperti biasanya. Reni mengajakku keluar meninggalkan klub karaoke. Aku menurut saja, dan berputar-putar mengelilingi kota Jakarta dengan kijang kreditan yang belum lunas.

Entah kenapa, tiba-tiba aku punya pikiran untuk membawa gadis ini ke sebuah penginapan. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali ternyata Reni tidak menolak ketika aku mampir di halaman depan sebuah losmen. Dan dia juga tidak menolak ketika aku membawanya masuk ke sebuah kamar yang telah kupesan.

Jari-jariku langsung bergerak aktif menelusuri setiap lekuk tubuhnya. Bahkan wajahnya dan lehernya kuhujani dengan ciuman-ciuman yang membangkitkan gairah. Aku mendengar dia mendesah kecil dan merintih tertahan. Aku tahu kalau Reni sudah mulai dihinggapi kobaran api gairah asmara yang membara.

Perlahan aku membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan satu persatu aku melucuti pakaian yang dikenakan Reni, hingga tanpa busana sama sekali yang melekat di tubuh Reni yang padat berisi. Reni mendesis dan merintih pelan saat ujung lidahku yang basah dan hangat mulai bermain dan menggelitik puting payudaranya. Sekujur tubuhnya langsung bergetar hebat saat ujung jariku mulai menyentuh bagian tubuhnya yang paling rawan dan sensitif. Jari-jemariku bermain-main dipinggiran daerah rawan itu. Tapi itu sudah cukup membuat Reni menggelinjang dan semakin bergairah.

Tergesa-gesa aku menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan, dan menuntun tangan gadis itu ke arah batang penisku. Entah kenapa, tiba-tiba Reni menatap wajahku, saat jari-jari tangannya menggenggam batang penis kebanggaanku ini, Tapi hanya sebentar saja dia menggenggam penisku dan kemudian melepaskannya. Bahkan dia melipat pahanya yang indah untuk menutupi keindahan pagar ayunya.
'Jangan, Omm..', desah Reni tertahan, ketika aku mencoba untuk membuka kembali lipatan pahanya.
'Kenapa?' tanyaku sambil menciumi bagian belakang telinganya.
'Aku.., hmm, aku..' Reni tidak bisa meneruskan kata-katanya. Dia malah menggigit bahuku, tidak sanggup untuk menahan gairah yang semakin besar menguasai seluruh bagian tubuhnya. Saat itu Reni kemudian tidak bisa lagi menolak dan melawan gairahnya sendiri, sehingga sedikit demi sedikit lipatan pahanya yang menutupi vaginanya mulai sedikit terkuak, dan aku kemudian merenggangkannya kedua belah pahanya yang putih mulus itu sehingga aku bisa dengan puas menikmati keindahan bentuk vagina gadis muda ini yang mulai tampak merekah.

Dan matanya langsung terpejam saat merasakan sesuatu benda yang keras, panas dan berdenyut-denyut mulai menyeruak memasuki liang vaginanya yang mulai membasah. Dia menggeliat-geliat sehingga membuat batang penisku jadi sulit untuk menembus lubang vaginanya. Tapi aku tidak kehilangan akal. Aku memeluk tubuhnya dengan erat sehingga Reni saat itu tidak bisa leluasa menggerak-gerakan lagi tubuhnya. Saat itu juga aku menekan pinggulku dengan kuat sekali agar seranganku tidak gagal lagi.

Berhasil!, begitu kepala penisku memasuki liang vagina Reni yang sempit, aku langsung menghentakkan pinggulku ke depan sehingga batang penisku melesak ke dalam liang vagina Reni dengan seutuhnya, seketika itu juga Reni memekik tertahan sambil menyembunyikan wajahnya di bahuku, Seluruh urat-urat syarafnya langsung mengejang kaku. Dan keringat langsung bercucuran membasahi tubuhnya. Saat itu aku juga sangat tersentak kaget, aku merasakan bahwa batang penisku seakan merobek sesuatu di dalam vagina Reni, dan ini pernah kurasakan pula pada malam pertamaku, saat aku mengambil kegadisan dari istriku. Aku hampir tidak percaya bahwa malam ini aku juga mengambil keperawanan dari gadis yang begitu aku sukai ini. Dan aku seolah masih tidak percaya bahwa Reni ternyata masih perawan.

Aku bisa mengetahui ketika kuraba pada bagian pangkal pahanya, terdapat cairan kental yang hangat dan berwarna merah. Aku benar-benar terkejut saat itu, dan tidak menyangka sama sekali, Reni tidak pernah mengatakannya sejak semula. Tapi itu semua sudah terjadi. Dan rasa terkejutku seketika lenyap oleh desakan gairah membara yang begitu berkobar-kobar.

Aku mulai menggerak-gerakan tubuhku, agar penisku dapat bermain-main di dalam lubang vagina Renny yang masih begitu rapat dan kenyal, Sementara Reni sudah mulai tampak tidak kesakitan dan sesekali tampak di wajahnya dia sudah bisa mulai merasakan kenikmatan dari gerakan-gerakan maju mundur penisku seakan membawanya ke batas ujung dunia tak bertepi.

Malam itu juga Reni menyerahkan keperawannya padaku tanpa ada unsur paksaan. Meskipun dia kemudian menangis setelah semuanya terjadi, Dan aku sendiri merasa menyesal karena aku tidak mungkin mengembalikan keperawanannya. Aku memandangi bercak-bercak darah yang mengotori sprei sambil memeluk tubuh Reni yang masih polos dan sesekali masih terdengar isak tangisnya.
'Maafkan aku, Reni. Aku tidak tahu kalau kamu masih perawan. Seharusnya kamu bilang sejak semula..', kataku mencoba menghibur.

Reny hanya diam saja. Dia melepaskan pelukanku dan turun dari pembaringan. Dia melangkah gontai ke kamar mandi. Sebentar saja sudah terdengar suara air yang menghantam lantai di dalam kamar mandi. Sedangkan aku masih duduk di ranjang ini, bersandar pada kepala pembaringan.

Aku menunggu sampai Reni keluar dari kamar mandi dengan tubuh terlilit handuk dan rambut yang basah. Aku terus memandanginya dengan berbagai perasaan berkecamuk di dalam dada. Bagaimanapun aku sudah merenggut kegadisannya. Dan itu terjadi tanpa dapat dicegah kembali. Reni duduk disisi pembaringan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.

Aku memeluk pinggangnya, dan menciumi punggungnya yang putih dan halus. Reni menggeliat sedikit, tapi tidak menolak ketika aku membawanya kembali berbaring di atas ranjang. Gairahku kembali bangkit saat handuk yang melilit tubuhnya terlepas dan terbentang pemandangan yang begitu menggairahkan datang dari keindahan kedua belah payudaranya yang kencang dan montok, serta keindahan dari bulu-bulu halus tipis yang menghiasi di sekitar vaginanya.

Dan secepat kilat aku kembali menghujani tubuhnya dengan kecupan-kecupan yang membangkitkan gairahnya. Reni merintih tertahan, menahan gejolak gairahnya yang mendadak saja terusik kembali.
'Pelan-pelan, Omm. Perih..', rintih Reni tertahan, saat aku mulai kembali mendobrak benteng pagar ayunya untuk yang kedua kalinya. Renny menyeringai dan merintih tertahan sambil mengigit-gigit bibirnya sendiri, saat aku sudah mulai menggerak-gerakan pinggulku dengan irama yang tetap dan teratur.

Perlahan tapi pasti, Reni mulai mengimbangi gerakan tubuhku. Sementara gerakan-gerakan yang kulakukan semakin liar dan tak terkendali. Beberapa kali Reni memekik tertahan dengan tubuh terguncang dan menggeletar bagai tersengat kenikmatan klimaks ribuan volt. Kali ini Reni mencapai puncak orgasme yang mungkin pertama kali baru dirasakannya. Tubuhnya langsung lunglai di pembaringan, dan aku merasakan denyutan-denyutan lembut dari dalam vaginanya, merasakan kenikmatan denyut-denyut vagina Reni, membuatku hilang kontrol dan tidak mampu menahan lagi permainan ini.. hingga akhirnya aku merasakan kejatan-kejatan hebat disertai kenikmatan luar biasa saat cairan spermaku muncrat berhamburan di dalam liang vagina Renny. Akupun akhirnya rebah tak bertenaga dan tidur berpelukan dengan Reni malam itu.

TAMAT

Akibat terlalu dimanja

Aku memang terlahir dari keluarga yang cukup berada. Aku anak lelaki satu-satuya. Dan juga anak bungsu. Dua kakakku perempuan semuanya. Dan jarak usia antara kami cukup jauh juga. Antara lima dan enam tahun. Karena anak bungsu dan juga satu-satunya lelaki, jelas sekali kalau aku sangat dimanja. Apa saja yang aku inginkan, pasti dikabulkan. Seluruh kasih sayang tertumpah padaku.

Sejak kecil aku selalu dimanja, sehingga sampai besarpun aku terkadang masih suka minta dikeloni. Aku suka kalau tidur sambil memeluk Ibu, Mbak Lisa atau Mbak Indri. Tapi aku tidak suka kalau dikeloni Ayah. Entah kenapa, mungkin tubuh Ayah besar dan tangannya ditumbuhi rambut-rambut halus yang cukup lebat. Padahal Ayah paling sayang padaku. Karena apapun yang aku ingin minta, selalu saja diberikan. Aku memang tumbuh menjadi anak yang manja. Dan sikapku juga terus seperti anak balita, walau usiaku sudah cukup dewasa.

Pernah aku menangis semalaman dan mengurung diri di dalam kamar hanya karena Mbak Indri menikah. Aku tidak rela Mbak Indri jadi milik orang lain. Aku benci dengan suaminya. Aku benci dengan semua orang yang bahagia melihat Mbak Indri diambil orang lain. Setengah mati Ayah dan Ibu membujuk serta menghiburku. Bahkan Mbak Indri menjanjikan macam-macam agar aku tidak terus menangis. Memang tingkahku tidak ubahnya seorang anak balita.

Tangisanku baru berhenti setelah Ayah berjanji akan membelikanku motor. Padahal aku sudab punya mobil. Tapi memang sudah lama aku ingin dibelikan motor. Hanya saja Ayah belum bisa membelikannya. Kalau mengingat kejadian itu memang menggelikan sekali. Bahkan aku sampai tertawa sendiri. Habis lucu sih.., Soalnya waktu Mbak Indri menikah, umurku sudab dua puluh satu tahun.

Hampir lupa, Saat ini aku masih kuliah. Dan kebetulan sekali aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang cukup keren. Di kampus, sebenarnya ada seorang gadis yang perhatiannya padaku begitu besar sekali. Tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya. Dan aku selalu menganggapnya sebagai teman biasa saja. Padahal banyak teman-temanku, terutama yang cowok bilang kalau gadis itu menaruh hati padaku.

Sebut saja namanya Linda. Punya wajab cantik, kulit yang putih seperti kapas, tubuh yang ramping dan padat berisi serta dada yang membusung dengan ukuran cukup besar. Sebenarnya banyak cowok yang menaruh hati dan mengharapkan cintanya. Tapi Linda malah menaruh hati padaku. Sedangkan aku sendiri sama sekali tidak peduli, tetap menganggapnya hanya teman biasa saja. Tapi Linda tampaknya juga tidak peduli. Perhatiannya padaku malah semakin bertambah besar saja. Bahkan dia sering main ke rumahku, Ayah dan Ibu juga senang dan berharap Linda bisa jadi kekasihku.

Begitu juga dengan Mbak Lisa, sangat cocok sekali dengan Linda Tapi aku tetap tidak tertarik padanya. Apalagi sampai jatuh cinta. Anehnya, hampir semua teman mengatakan kalau aku sudah pacaran dengan Linda, Padahal aku merasa tidak pernah pacaran dengannya. Hubunganku dengan Linda memang akrab sekali, walaupun tidak bisa dikatakan berpacaran.

Seperti biasanya, setiap hari Sabtu sore aku selalu mengajak Bobby, anjing pudel kesayanganku jalan-jalan mengelilingi Monas. Perlu diketahui, aku memperoleh anjing itu dan Mas Herman, suaminya Mbak Indri. Karena pemberiannya itu aku jadi menyukai Mas Herman. Padahal tadinya aku benci sekali, karena menganggap Mas Herman telah merebut Mbak Indri dan sisiku. Aku memang mudah sekali disogok. Apalagi oleh sesuatu yang aku sukai. Karena sikap dan tingkah laku sehari-hariku masih, dan aku belum bisa bersikap atau berpikir secara dewasa.

Tanpa diduga sama sekali, aku bertemu dengan Linda. Tapi dia tidak sendiri. Linda bersama Mamanya yang usianya mungkin sebaya dengan Ibuku. Aku tidak canggung lagi, karena memang sudah saling mengenal. Dan aku selalu memanggilnya Tante Maya.
'Bagus sekali anjingnya..', piji Tante Maya.
'Iya, Tante. diberi sama Mas Herman', sahutku bangga.
'Siapa namanya?' tanya Tante Maya lagi.
'Bobby', sahutku tetap dengan nada bangga.

Tante Maya meminjamnya sebentar untuk berjalan-jalan. Karena terus-menerus memuji dan membuatku bangga, dengan hati dipenuhi kebanggaan aku meminjaminya. Sementara Tante Maya pergi membawa Bobby, aku dan Linda duduk di bangku taman dekat patung Pangeran Diponegoro yang menunggang kuda dengan gagah. Tidak banyak yang kami obrolkan, karena Tante Maya sudah kembali lagi dan memberikan Bobby padaku sambil terus-menerus memuji. Membuat dadaku jadi berbunga dan padat seperti mau meledak. Aku memang paling suka kalau dipuji.
Oh, ya.., Nanti malam kamu datang..', ujar Tante Maya sebelum pergi.
'Ke rumah..?', tanyaku memastikan.
'Iya.'
'Memangnya ada apa?' tanyaku lagi.
'Linda ulang tahun. Tapi nggak mau dirayakan. Katanya cuma mau merayakannya sama kamu', kata Tante Maya Iangsung memberitahu.
'Kok Linda nggak bilang sih..?', aku mendengus sambil menatap Linda yang jadi memerah wajahnya. Linda hanya diam saja.
'Jangan lupa jam tujuh malam, ya..' kata Tante Maya mengingatkan.
'Iya, Tante', sahutku.

Dan memang tepat jam tujuh malam aku datang ke rumah Linda. Suasananya sepi-sepi saja. Tidak terlihat ada pesta. Tapi aku disambut Linda yang memakai baju seperti mau pergi ke pesta saja. Tante Maya dan Oom Joko juga berpakaian seperti mau pesta. Tapi tidak terlihat ada seorangpun tamu di rumah ini kecuali aku sendiri. Dan memang benar, ternyata Linda berulang tahun malam ini. Dan hanya kami berempat saja yang merayakannya.

Perlu diketahui kalau Linda adalah anak tunggal di dalam keluarga ini. Tapi Linda tidak manja dan bisa mandiri. Acara ulang tahunnya biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Selesai makan malam, Linda membawaku ke balkon rumahnya yang menghadap langsung ke halaman belakang.

Entah disengaja atau tidak, Linda membiarkan sebelah pahanya tersingkap. Tapi aku tidak peduli dengan paha yang indah padat dan putih terbuka cukup lebar itu. Bahkan aku tetap tidak peduli meskipun Linda menggeser duduknya hingga hampir merapat denganku. Keharuman yang tersebar dari tubuhnya tidak membuatku bergeming.

Linda mengambil tanganku dan menggenggamnya. Bahkan dia meremas-remas jari tanganku. Tapi aku diam saja, malah menatap wajahnya yang cantik dan begitu dekat sekali dengan wajahku. Begitu dekatnya sehingga aku bisa merasakan kehangatan hembusan napasnya menerpa kulit wajahku. Tapi tetap saja aku tidak merasakan sesuatu.

Dan tiba-tiba saja Linda mencium bibirku. Sesaat aku tersentak kaget, tidak menyangka kalau Linda akan seberani itu. Aku menatapnya dengan tajam. Tapi Linda malah membalasnya dengan sinar mata yang saat itu sangat sulit ku artikan.
'Kenapa kau menciumku..?' tanyaku polos.
'Aku mencintaimu', sahut Linda agak ditekan nada suaranya.
'Cinta..?' aku mendesis tidak mengerti.

Entah kenapa Linda tersenyum. Dia menarik tanganku dan menaruh di atas pahanya yang tersingkap Cukup lebar. Meskipun malam itu Linda mengenakan rok yang panjang, tapi belahannya hampir sampai ke pinggul. Sehingga pahanya jadi terbuka cukup lebar. Aku merasakan betapa halusnya kulit paha gadis ini. Tapi sama sekali aku tidak merasakan apa-apa. Dan sikapku tetap dingin meskipun Linda sudah melingkarkan tangannya ke leherku. Semakin dekat saja jarak wajah kami. Bahkan tubuhku dengan tubuh Linda sudah hampir tidak ada jarak lagi. Kembali Linda mencium bibirku. Kali ini bukan hanya mengecup, tapi dia melumat dan mengulumnya dengan penuhl gairah. Sedangkan aku tetap diam, tidak memberikan reaksi apa-apa. Linda melepaskan pagutannya dan menatapku, Seakan tidak percaya kalau aku sama sekali tidak bisa apa-apa.
'Kenapa diam saja..?' tanya Linda merasa kecewa atau menyesal karena telah mencintai laki-laki sepertiku.

Tapi tidak.., Linda tidak menampakkan kekecewaan atau penyesalan Justru dia mengembangkan senyuman yang begitu indah dan manis sekali. Dia masih melingkarkan tangannya ke leherku. Bahkan dia menekan dadanya yang membusung padat ke dadaku. Terasa padat dan kenyal dadanya. Seperti ada denyutan yang hangat. Tapi aku tidak tahu dan sama sekali tidak merasakan apa-apa meskipun Linda menekan dadanya cukup kuat ke dadaku. Seakan Linda berusaha untuk membangkitkan gairah kejantananku. Tapi sama Sekali aku tidak bisa apa-apa. Bahkan dia menekan dadanya yang membusung padat ke dadaku.
'Memangnya aku harus bagaimana?' aku malah balik bertanya.
'Ohh..', Linda mengeluh panjang.

Dia seakan baru benar-benar menyadari kalau aku bukan hanya tidak pernah pacaran, tapi masih sangat polos sekali. Linda kembali mencium dan melumat bibirku. Tapi sebelumnya dia memberitahu kalau aku harus membalasnya dengan cara-cara yang tidak pantas untuk disebutkan. Aku coba untuk menuruti keinginannya tanpa ada perasaan apa-apa.
'Ke kamarku, yuk..', bisik Linda mengajak.
'Mau apa ke kamar?', tanyaku tidak mengerti.
'Sudah jangan banyak tanya. Ayo..', ajak Linda setengah memaksa.
'Tapi apa nanti Mama dan Papa kamu tidak marah, Lin?', tanyaku masih tetap tidak mengerti keinginannya.

Linda tidak menyahuti, malah berdiri dan menarik tanganku. Memang aku seperti anak kecil, menurut saja dibawa ke dalam kamar gadis ini. Bahkan aku tidak protes ketika Linda mengunci pintu kamar dan melepaskan bajuku. Bukan hanya itu saja, dia juga melepaskan celanaku hingga yang tersisa tinggal sepotong celana dalam saja Sedikitpun aku tidak merasa malu, karena sudah biasa aku hanya memakai celana dalam saja kalau di rumah. Linda memandangi tubuhku dan kepala sampai ke kaki. Dia tersenyum-senyum. Tapi aku tidak tahu apa arti semuanya itu. Lalu dia menuntun dan membawanya ke pembaringan. Linda mulai menciumi wajah dan leherku. Terasa begitu hangat sekali hembusan napasnya.
'Linda..'

Aku tersentak ketika Linda melucuti pakaiannya sendiri, hingga hanya pakaian dalam saja yang tersisa melekat di tubuhnya. Kedua bola mataku sampai membeliak lebar. Untuk pertama kalinya, aku melihat sosok tubuh sempurna seorang wanita dalam keadaan tanpa busana. Entah kenapa, tiba-tiba saja dadaku berdebar menggemuruh Dan ada suatu perasaan aneh yang tiba-tiba saja menyelinap di dalam hatiku.

Sesuatu yang sama sekali aku tidak tahu apa namanya, Bahkan seumur hidup, belum pernah merasakannya. Debaran di dalam dadaku semakin keras dan menggemuruh saat Linda memeluk dan menciumi wajah serta leherku. Kehangatan tubuhnya begitu terasa sekali. Dan aku menurut saja saat dimintanya berbaring. Linda ikut berbaring di sampingku. Jari-jari tangannya menjalar menjelajahi sekujur tubuhku. Dan dia tidak berhenti menciumi bibir, wajah, leher serta dadaku yang bidang dan sedikit berbulu.

Tergesa-gesa Linda melepaskan penutup terakhir yang melekat di tubuhnya. sehingga tidak ada selembar benangpun yang masih melekat di sana. Saat itu pandangan mataku jadi nanar dan berkunang-kunang. Bahkan kepalaku terasa pening dan berdenyut menatap tubuh yang polos dan indah itu. Begitu rapat sekali tubuhnya ke tubuhku, sehingga aku bisa merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya. Tapi aku masih tetap diam, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Linda mengambil tanganku dan menaruh di dadanya yang membusung padat dan kenyal.

Dia membisikkan sesuatu, tapi aku tidak mengerti dengan permintaannya. Sabar sekali dia menuntun jari-jari tanganku untuk meremas dan memainkan bagian atas dadanya yang berwarna coklat kemerahan. Tiba-tiba saja Linda. menjambak rambutku, dan membenamkan Wajahku ke dadanya. Tentu saja aku jadi gelagapan karena tidak bisa bernapas. Aku ingin mengangkatnya, tapi Linda malah menekan dan terus membenamkan wajahku ke tengah dadanya. Saat itu aku merasakan sebelah tangan Linda menjalar ke bagian bawah perutku.
'Okh..?!'.
Aku tersentak kaget setengah mati, ketika tiba-tiba merasakan jari-jari tangan Limda menyusup masuk ke balik celana dalamku yang tipis, dan..
'Linda, apa yang kau lakukan..?' tanyaku tidak mengerti, sambil mengangkat wajahku dari dadanya.

Linda tidak menjawab. Dia malah tersenyum. Sementara perasaan hatiku semakin tidak menentu. Dan aku merasakan kalau bagian tubuhku yang vital menjadi tegang, keras dan berdenyut serasa hendak meledak. Sedangkan Linda malah menggenggam dan meremas-remas, membuatku mendesis dan merintih dengan berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Tapi aku hanya diam saja, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Linda kembali menghujani wajah, leher dan dadaku yang sedikit berbulu dengan ciuman-ciumannya yang hangat dan penuh gairah membara.

Memang Linda begitu aktif sekali, berusaha membangkitkan gairahku dengan berbagai macam cara. Berulang kali dia menuntun tanganku ke dadanya yang kini sudan polos.
'Ayo dong, jangan diam saja..', bisik Linda disela-sela tarikan napasnya yang memburu.
'Aku.., Apa yang harus kulakukan?' tanyaku tidak mengerti.
'Cium dan peluk aku..', bisik Linda.

Aku berusaha untuk menuruti semua keinginannya. Tapi nampaknya Linda masih belum puas. Dan dia semakin aktif merangsang gairahku. Sementara bagian bawah tubuhku semakin menegang serta berdenyut.

Entah berapa kali dia membisikkan kata di telingaku dengan suara tertahan akibat hembusan napasnya yang memburu seperti lokomotif tua. Tapi aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang d ibisikkannya. Waktu itu aku benar-benar bodoh dan tidak tahu apa-apa. Walau sudah berusaha melakukan apa saja yaang dimintanya.

Sementara itu Linda sudah menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang putih mulus. Linda berada tepat di atas tubuhku, sehingga aku bisa melihat seluruh lekuk tubuhnya dengan jelas sekali.

Entah kenapa tiba-tiba sekujur tubuhku menggelelar ketika penisku tiba-tiba menyentuh sesuatu yang lembab, hangat, dan agak basah. Namun tiba-tiba saja Linda memekik, dan menatap bagian penisku. Seakan-akan dia tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya. Sedangkan aku sama sekali tidak mengerti. PadahaI waktu itu Linda sudah dipengaruhi gejolak membara dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya.
'Kau..', desis Linda terputus suaranya.
'Ada apa, Lin?' tanyaku polos.

'Ohh..', Linda mengeluhh panjang sambil menggelimpangkan tubuhnya ke samping. Bahkan dia langsung turun dari pembaringan, dan menyambar pakaiannya yang berserakan di lantai. Sambil memandangiku yang masih terbaring dalam keaadaan polos, Linda mengenakan lagi pakaiannya. Waktu itu aku melihat ada kekecewaan tersirat di dalam sorot matanya. Tapi aku tidak tahu apa yang membuatnya kecewa.
'Ada apa, Lin?', tanyaku tidak mengerti perubahan sikapnya yang begitu tiba-tiba.
'Tidak.., tidak ada apa-apa, sahut Linda sambil merapihkan pakaiannya.

Aku bangkit dan duduk di sisi pembaringan. Memandangi Linda yang sudah rapi berpakaian. Aku memang tidak mengerti dengan kekecewannya. Linda memang pantas kecewa, karena alat kejantananku mendadak saja layu. Padahal tadi Linda sudah hampir membawaku mendaki ke puncak kenikmatan

TAMAT

Nakalnya mama Andre

Andre sarapan berdua saja dengan Mamanya di rumah. Biasanya acara sarapan hari minggu mereka lakukan bertiga bersama dengan papanya. Soalnya di hari-hari lain, tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan bersama, apalagi makan siang bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tuanya, menyebabkan mereka hanya dapat berkumpul bersama di hari minggu pagi.

Papanya yang seorang direktur jenderal di Departeman Dalam Negeri selalu padat dengan kegiatan kantor. Sedangkan sang Mama yang aktivis kegiatan sosial selalu sibuk dengan urusan arisan, urusan anak-anak panti asuhan, anak-anak jalanan, anak-anak pengungsi Aceh, Maluku dan segala macam anak-anak lainnya. Akhirnya Andre, sang anak semata wayang, malah kurang diperhatikan.

Pagi itu, sang papa tidak bisa ikut sarapan bersama karena sedang melakukan kunjungan ke daerah. Katanya sih meninjau pelaksanaan otonomi daerah di tiga propinsi. Paling cepat baru kembali minggu depan. Meskipun kadangkala Andre merasa sedih karena sering ditinggal sendirian di rumah, namun Andre sesungguhnya menikmati kesibukan kedua orang tuanya itu. Rumah yang selalu sepi membuatnya lebih punya banyak kesempatan untuk memuas-muaskan nafsunya di rumah. Ia bisa melakukannya dengan Cindy, sang pacar, atau dengan Calvin teman sekaligus yang mengajarinya menjelang ujian akhir dan SPMB, atau juga rame-rame dengan teman-temannya dari Tim Basket SMU Dwi Warna.

'Hari ini Mama pergi lagi Ma?' tanya Andre berbasa-basi pada Mamanya. Ia tahu pasti, sesudah sarapan nanti Mamanya pasti ngeluyur dari rumah dan baru pulang hampir tengah malam.
'Iyalah sayang. Kamu kan tahu, Aceh sedang bergolak nih. Jadinya Mama makin sibuk mengurusi pengiriman stock makanan untuk saudara-saudara kita disana sayang,' jawab Mamanya dengan senyum penuh kebijakan.
'Harus itu Ma, Andre juga mau pergi nih abis sarapan,' kata Andre.
'Belajar bersama Calvin lagi?' tanya Mama, sambil memasukkan sepotong roti bakar melalui bibirnya yang tipis.

Diusia yang hampir empat puluh tahun, Mama Andre masih kelihatan sangat cantik. Tubuhnya padat seperti gadis usia dua puluh tahunan saja. Gimana enggak, sang Mama kan rajin fitness dan makan makanan suplemen plus minum jamu untuk menjaga stamina dan kekencangan otot serta kulitnya.

'Enggak Mah, Maen basket sama anak-anak,'
'Lho, kamu kan sudah dekat ujian akhirnya sayang. Kok bukannya belajar bareng Calvin, malah maen basket?'
'Ini juga main basketnya bareng Calvin kok Mah,'
'Hmm,'
'Iya. Kata Calvin, sekali-kali perlu refresing juga agar pikiran tidak butek karena belajar terus-menerus. Selain itu kesegaran tubuh kan harus dijaga ma,'
'Gitu ya. Kalau gitu ya terserah. Yang penting kamu belajarnya yang bagus ya sayang, supaya bisa lulus dengan nilai baik di ujian akhir nanti. kalau nilai kamu kurang bagus, cita-cita kamu untuk masuk Akademi Angkatan Udara kan bisa gagal sayang'
'Beres Mah, Yang penting Mama doain Andre selalu ya,'
'Pasti sayang,' jawab Mamanya dengan senyum sayang.

Andre melahap potongan roti bakarnya yang terakhir. Kemudian berpamitan pada Mamanya,

'Andre pergi duluan ya Mah Mama kapan berangkatnya?' tanya Andre sambil mencium pipi Mamanya.
'Setelah Mama beres-beres dulu sayang,'
'Pergi sama Mas Dharma, Ma?'
'Iya dong sayang. Abis sama siapa lagi. Kan supir Mama cuman dia satu-satunya,'
'Oke deh Mah Andre berangkat kalau gitu,' kata Andre, disandangkannya ransel olah raganya ke bahunya.
'Hati-hati ya sayang,'

Andre menuju garasi di samping rumah untuk mengambil sepeda motornya. Ia bertemu dengan Mas Dharma disana. Supir Mamanya itu sedang asyik berbasah-basah ria, mencuci sedan milik Mamanya.

'Selamat pagi Mas Andre,' sapa Mas Dharma ramah pada Andre sambil tersenyum manis memamerkan barisan giginya yang rapi dan putih.
'Pagi Mas Dharma. Masih nyuci mobil Mas? Mama sudah mau berangkat tuh,'
'Waduh, Mas harus buru-buru kalau gitu,' jawabnya.

Kemudian ia sibuk mengelap mobil sedan itu dengan kain yang masih kering. Andre memandangi cowok itu dengan serius. Gimana enggak serius, Mas Dharma ini orangnya ganteng. Bodynya putih bersih dan kekar. Saat ini ia hanya menggenakan celana pendek tanpa atasan, memamerkan dada bidangnya yang dihiasi bulu-bulu halus nan lebat.

Dengan cueknya di depan Andre, Mas Dharma mengangkat-angkat tangannya yang berotot itu saat mengelap atap mobil. Bulu-bulu lebat di lipatan ketiaknya yang putih itu terpampang jelas di mata Andre. Membuat jakun remaja ganteng itu naik turun menahan nafsu. Rencana Andre untuk segera meluncur menuju rumah Calvin akhirnya tertunda. Andre merasa sayang kehilangan kesempatan menikmati pemandangan bagus di depan matanya ini. Pelan-pelan ransel yang tadi sudah disandangnya diletakkannya di lantai. Ia mendekati Mas Dharma, pura-pura mengamati kegiatan mencuci mobil supir ganteng itu.

'Mas, bagian atas ini masih basah nih,' komentarnya, ia tak mau menimbulkan kecurigaan Mas Dharma.

Mas Dharma ini sebenarnya adalah salah satu dari dua orang ajudan papanya Andre yang bertugas di rumah mereka. Usianya masih muda, baru 24 tahun. Asli Manado. Dia lulusan STPDN. Demikian juga Mas Fadly ajudan papa Andre yang satu lagi, yang saat ini mendampingi sang papa melaksanakan tugas ke daerah. Mereka berdua bertugas sejak sang papa diangkat menjadi dirjen.

Kedua ajudan ini sama-sama kekar. Maklum aja ketika pendidikan dulu mereka kan dididik semi militer. Kebetulan juga keduanya memiliki paras yang ganteng. Saat sang papa memperkenalkan kedua ajudan itu kepadanya, Andre blingsatan. Waktu itu keduanya datang dengan menggenakan seragam semi ketat. Andre dapat melihat dengan jelas otot-otot terlatih dibalik seragam mereka itu. Tonjolan besar di selangkangan mereka membuat kontol Andre ngaceng berat. Akhirnya untuk menuntaskan birahinya yang memuncak Andre melakukan onani di kamarnya, ia belum berani untuk ngajak mereka berhubungan sex. Andre selalu berharap suatu saat dia bisa ngerjain kedua ajudan itu. Namun sampai saat ini harapannya itu tak pernah kesampaian.

Berdiri dekat-dekat Mas Dharma membuat birahi Andre semakin meningkat. Batang kontolnya sudah berdenyut-denyut. Ia tak mau ngecret sambil berdiri karena horny ngelihatin Mas Dharma. Segera ia meninggalkan ajudan jantan itu. Dalam pikirannya kemudian, lebih baik dia segera menuju rumah Calvin. Disana ia bisa menuntaskan hasratnya pada temannya itu sebelum mereka berangkat ke sekolah untuk main basket.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Calvin, bayangan lekuk-lekuk tubuh Mas Dharma sang ajudan ganteng, menari-nari di benak Andre. Apalagi ketika tadi Mas Dharma asyik nungging mengelap mobil, bongkahan buah pantat sang ajudan yang montok itu benar-benar membuatnya ngiler.

Andre hampir tiba di rumah Calvin. Tiba-tiba disadarinya ransel olah raganya tak tersandang dipunggungnya. Gara-gara mengamati sang ajudan ia terlupa mengambilnya lagi saat pergi. Segera Andre memutar laju sepeda motornya kembali ke rumahnya. Gimana dia mau main basket kalau pakaian basket tak dibawanya.

Tak sampai lima belas menit, Andre sudah kembali ke rumah. Dilihatnya mobil sedan sang Mama yang mengkilap masih terparkir dengan rapi di garasi.

'Dasar Mama, beres-beres aja lama banget,' pikirnya.

Dicarinya ranselnya di garasi, namun tak ditemukannya disana. Kemana ya? Ia segera menuju dapur mencari Mbak Minah, pembantu rumahnya. Barangkali pembantunya itu menyimpan tasnya.

'Eh, Mas Andre. enggak jadi perginya Mas?' tanya Mbak Minah.
'Tadi sudah pergi. Tapi ransel saya ketinggalan. Mbak ada lihat enggak?'
'Enggak ada Mas. Memangnya tadi Mas Andre tinggalin dimana?'
'Di garasi, waktu Mas Dharma nyuci mobil tadi,'
'Mungkin dibawa sama Mas Dharma kalau gitu,'
'Mas Dharma kemana Mbak?'
'Mungkin di kamarnya Mas, kan mau pergi dengan ibu,'

Andre segera menuju kamar tidur Mas Dharma. Tapi tak ada orang disana. Ia hanya menemukan dua tempat tidur yang kosong, milik Mas Dharma dan Mas Fadly. Kamar mandi didalam ruangan kamar itu juga kosong. Ia kembali ke dapur menemui Mbak Minah.

'Enggak ada Mbak, kemana ya?'
'Coba liat di ruang kerja Bapak Mas. Tadi ibu menyuruh saya memanggil Mas Dharma ke ruang kerja Bapak. Tapi apa masih disana ya? Coba liat dulu Mas,'

Andre segera menuju ruang kerja papanya yang terletak disamping kamar tidur kedua orang tuanya itu. Sesampainya disana dilihatnya pintu kamar kerja sang papa tertutup. Ia memutar gerendel pintu itu, ternyata terkunci. Andre segera menuju kamar kedua orang tuanya. Barangkali Mamanya masih di kamar itu beres-beres. Ia bisa bertanya tentang keberadaan Mas Dharma pada Mamanya. Diputarnya gerendel pintu kamar itu, ternyata tidak terkunci. Andre segera memasuki kamar besar itu. Mamanya tidak terlihat duduk di meja riasnya. Matanya menelusuri seluruh isi kamar. Kosong. Pintu kamar mandi Mamanya terbuka, tak ada orang disana.

Matanya kemudian tertumbuk pada pintu penghubung antara ruang kerja papanya dengan kamar tidur kedua orang tuanya itu. Pintu itu dilihatnya buka sedikit. Andre mendekati pintu itu. Barangkali Mamanya ada disana, pikirnya. Ketika langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar itu, telinganya tiba-tiba menangkap suara-suara dari ruang kerja papanya. Ia menghentikan langkahnya, mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara itu. Tiba-tiba jantung Andre berdegup dengan keras. Perasaannya mulai tidak enak. Suara yang didengarnya itu adalah suara-suara erangan-erangan tertahan, milik laki-laki dan perempuan.

Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asyik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah Mamanya dan Mas Dharma sang ajudan! Kaki Andre terasa lemas, jantungnya seperti mau copot.

Dari tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat sang Mama sedang ditindih oleh Mas Dharma. Mama Andre telentang dengan kaki mengangkang lebar diatas meja, sedangkan diatasnya Mas Dharma melakukan genjotan pantat dengan gerakan yang cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir sang Mama dengan buas. Meskipun ia tak bisa melihat batang kontol Mas Dharma, karena terhalang oleh paha Mamanya, namun ia yakin seyakin-yakinnya, batang kontol milik ajudan ganteng itu sedang mengebor lobang vagina Mamanya tanpa ampun. Baik Mamanya maupun Mas Dharma sama-sama mengerang-erang keenakan.

Andre tak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa ini. Ia tak pernah menyangka Mamanya akan melakukan zinah dengan ajudan papanya sendirinya. Mamanya yang selama ini dikenalnya sebagai aktivis kegiatan sosial dan selalu berbicara soal norma-norma moral, ternyata melakukan perselingkuhan di ruang kerja milik suaminya sendiri!

Andre tidak tahu harus melakukan apa. Ia sangat marah. Mukanya merah, tangannya mengepal-ngepal menahan amarah yang membara. Ia menarik kepalanya dari celah kamar. Dengan kesal dihempaskannya tubuhnya ke atas tempat tidur orang tuanya. Dari ruang kerja papanya terdengar racauan-racauan mesum dari mulut Mamanya dan sang ajudan.

'Ohh.. Ohh.. Enakkhh.. Terusshh..,' racau Mamanya.
'Hihh.. Hihh.. Apahh.. Yang enakhh.. Hihh.. Buh..,'
'Konthollsshh.. Kamuhh.. Dahrmahh.. Ouhh..,'
'Ibuh sukahh.. Hihh.. Ouhh.. Ouhh.. Sukahh??,'
'Sukahh.. Besar.. Bangethh.. Ouh.. Dharmahh..,'
'Hihh.. Mememkhh.. Ibuhh.. Jugahh.. Enakk.. Buhh.. Ohh..,'
'Enakhh?? Benar.. Enakhh.. Darmahh..??'
'Yahh.. Iyahh.. Buhh..,'

Meskipun sangat marah, racauan yang didengarnya itu sungguh-sungguh sangat merangsang. Birahinya mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda kemarahan, remaja ganteng itu kembali mendekati pintu penghubung kamar itu. Ia kembali mengintip persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma itu. Persenggamaan mereka sangat bersemangat dan kasar, racauan mereka benar-benar sangat merangsang, akibatnya Andre tak mampu menahan kontolnya yang mulai mengeras. Tangannya kemudian menyusup ke balik celananya, meremas-remas batang kontolnya sendiri.

'Enakhh.. Manah.. Samah.. Ohh.. Memmek.. Bu.. Menterihh.. Ohh..,' racau Mamanya lagi.
'Enakkhh.. Mememkhh.. Ibuhh..,'
'Mmmasakhh sihh.. Dharamahh.. Oohh.. Yesshh.. Disituhh.. Ahh..,'
'Iyahh.. Buhh.. Masih.. Serethh.. Ohh.. Njepithh..,'

Andre kaget mendengar racauan itu. Tak disangkanya ternyata Mas Dharma ini pernah ngentot sama istri menteri juga rupanya.

'Kalauhh.. Samahh.. vagina.. Fenihh.. Pacarhh.. Kamuhh..?'
'Ohh.. Samah.. Samahh.. Enaknyahh, .. Buh.. Ohh..,'
'Dasarhh.. Sshh.. Gombalhh.. Ouhh..,'
'Ohh.. Ohh.. Ohh.. Yahh.. Ohh., ..,'
'Kerashh.. Oohh.. Besarhh bangethh.. Ohh..,'
'Besar manahh buhh.. Sama kontolhhsshh.. Fadlyhh.. Ohh..,'
'Samahh.. Samahh.. Sayanghh.. Ohh.. Yesshh..,'

Mas Fadly??!! Andre benar-benar tak menyangka. Ternyata Mamanya pernah juga ngerasain batang kontol ajudan papanya yang satu lagi itu.

Beberapa saat kemudian sang Mama dan Mas Dharma berganti posisi. Mas Dharma tidur telentang diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang kokoh dan berbulu itu menjuntai ke bawah. Sang Mama kemudian duduk diatas selangkangan Mas Dharma. Saat Mas Dharma mengatur posisi, Andre sempat melihat barang perkasa Mas Dharma dengan jelas. Benar-benar besar, gemuk dan panjang dihiasi dengan bulu jembut yang lebat. Panjangnya sekitar dua puluh centimeter. Pantes aja Mamanya keenakan banget.

Andre membayangkan bagaimana bila kontol besar milik Mas Dharma itu membetot lobang pantatnya. Pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari punya si Wisnu, teman basketnya yang putra bali itu. Tiba-tiba muncul pikiran nakal di benak Andre. Ia ingin ngerjain Mamanya dan sang ajudan. Dikeluarkannya ponsel mungilnya yang memiliki fasilitas video phone itu dari saku celananya. Sambil terus meremas-remas kontolnya sendiri, Andre merekam persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma itu.

Sang Mama menggenjotkan pantatnya naik turun dengan keras. Mas Dharma membalas dengan genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan terdengar keras,

'Plokk.. Plokk.. Plokk.. Plokk..,'

Kamar kerja papa Andre diramaikan dengan suara-suara erangan, jeritan, desahan dari mulut Mamanya dan Mas Dharma.

'Hahh.. Hahh.. Hahh.. Ohh.. Tekan lebihh.. Dalamhh,' erangan Mas Dharma kedua tangannya meremas-remas payudara Mama Andre.
'Hihh.. Beginihh.. Hihh..,'
'Lagihh.. Ohohh.. Ahh.. Ahh..,'
'Hihh.. Beginihh.. Ohh..,'
'Yeshh.. Yeshh.. Terusshh.. Ohh.. Ohh..,'

Tiba-tiba tubuh Mas Dharma yang tadi berbaring bangkit. Dalam posisi tubuh menekuk, kepalanya bersarang di payudara sang Mama yang besar dan bergoyang-goyang akibat genjotan yang mereka lakukan. Dengan buas Mas Dharma mengisap pentil payudara sang Mama yang kemerahan.

'Ohh.. Dharmahh.. Nakalhh kamuhh.. Ohh.. Enakhh..,' Mama meracau semakin menggila.

Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut yang sebahunya yang basah oleh keringat berkibar-kibar. Mama Andre benar-benar keenakan. Kedua tangan sang Mama memeluk punggul lebar Mas Dharma dengan kuat. Tak sampai lima menit dalam posisi seperti itu. Tiba-tiba genjotan Mama berhenti. Mulutnya meraung keras. Pantatnya bergetar menekan keras menggencet selangkangan Mas Dharma. Tubuhnya yang basah oleh keringat berkelojotan.

'Ahh.. Akuhh sampaihh.. Ouhh..,' erangnya.

Mas Dharma terus menyelomoti payudara sang Mama. Semenit kemudian kepala sang Mama terlihat bertumpu ke bahu Mas Dharma. Ia lemas karena orgasmenya.

'Saya lanjuthh yah buhh..,' kata Mas Dharma minta ijin melanjutkan. Soalnya orgasmenya belum datang.
'Silakan Dharmahh.. Ohh..,' suara sang Mama terdengar lemas.

Mas Dharma kemudian turun dari meja kerja itu. Tanpa melepaskan kontolnya dari lobang vagina sang Mama, Mas Dharma membopong tubuh sang Mama kemudian membaringkannya telentang diatas lantai yang berkarpet. Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi sang Mama. Andre bisa melihat tubuh Mamanya yang lemas itu dikentot Mas Dharma dengan penuh keperkasaan.

'Sakit buhh.. Ahh..?'
'Terus sayanghh.. Saya istirahat sebentar ahh.. Kamuhh terusshh ajahh.. Ohh..'

Tak sampai lima menit sang Mama kembali bergairah. Pantatnya kembali bergerak-gerak dengan luwes membalas gerakan Mas Dharma. Rupanya sang Mama tak mau hanya menjadi objek. Tiba-tiba ia membalikkan posisi, untuk kemudian menindih tubuh atletis sang ajudan ganteng yang bersimbah keringat. Dengan penuh semangat sang Mama kemudian menggenjot pantatnya naik turun mengocok batang kontol Mas Dharma dengan memeknya yang basah dengan cairan lendirnya sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda ganteng itu dengan binal. Dari mulutnya keluar erangan-erangan,

'Urghh.. Urghh.. Yahh.. Yahh,'
'Ohh.. Ibuhh.. Ohh.. Buashh.. Banget.. Ohh..,' racau Mas Dharma.
'Kamuhh.. Sukahh.. Kanhh..,'

Begitulah. Permainan cabul antara Mamanya Andre dan Mas Dharma yang memakan waktu tak kurang dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 5-2 untuk kemenangan Mas Dharma. Maksudnya, sang Mama ngecret tiga kali, sedangkan Mas Dharma ngecret dua kali saja didalam vagina sang Mama.

Andre sendiri ngecret dua kali. Sperma kentalnya melumuri daun pintu kamar penghubung. Ia sangat terangsang menyaksikan live show sang Mama dan Mas Dharma. Ia tak sabar untuk segera dapat mengerjai sang ajudan yang gila ngentot itu. Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat orgasme, perlahan-lahan Andre meninggalkan kamar orang tuanya. Spermanya yang menempel di daun pintu kamar dibersihkannya terlebih dahulu. Saat meninggalkan kamar, Andre, masih sempat melirik Mamanya dan Mas Dharma yang berbaring saling berpelukan di lantai. Keduanya terlihat sangat lelah.

Andre segera melaju kembali dengan sepeda motornya menuju rumah Calvin. Sepanjang perjalanan ia menyusun rencana untuk mengerjai Mamanya dan Mas Dharma nanti. Ia tersenyum-senyum cabul membayangkan rencananya itu.

Setiba di rumah Calvin, teman sekolahnya itu sudah menunggu di teras sambil duduk santai membaca majalah remaja. Calvin menggenakan t-shirt putih polos dan celana jeans biru plus topi pet hitam. Wajah gantengnya tersenyum senang menyambut kedatangan Andre.

'Kok telat Ndre?' tanyanya.
'Sorry Vin. Ada urusan sama Mama tadi,' jawab Andre nyengir, 'Kita langsung cabut aja yuk. Sudah hampir jam sepuluh nih,'

Calvin mengiyakan, segera ia duduk di boncengan, rapat di belakang tubuh Andre. Tangannya diletakkannya di paha Andre. Kemudian kedua remaja SMU itu melaju menuju sekolah mereka.

'Kok enggak bawa baju olah raga Vin?' tanya Andre di tengah perjalanan.
'Enggak usahlah. Gue kan bukan anak basket. Kesana juga cuman mau liat permainan basket doang,' jawabnya.
'Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?' tanya Andre menggoda.
'Dua-duanya. Hehehe,'
'Vin, ini perasaan gue aja tahu emang benar sih?'
'Maksud lo?'
'Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di bokong gue,'
'Enak aja!'

Andre tertawa ngakak. Sementara Calvin tersenyum malu di boncengan. Kontolnya memang sudah ngaceng sejak nungguin Andre dari tadi. Ia tak sabar menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.

E N D

Aku yang dimadu

Sebut saja namaku Christine, aku berasal dari kota S. Pendidikanku cukup baik, aku selalu berhasil dengan baik dalam tiap pelajaran, bahkan aku dapat lulus dari perguruan tinggi dengan IP yang sangat baik. Tetapi itu semua tidak menjamin kebahagiaan, aku dididik dengan pendidikan yang kolot, serius, sehingga aku cenderung menjadi orang yang kuper dan pendiam. Namun itu tidak menyulitkanku dalam hal perjodohan, karena banyak orang mengatakan bahwa aku cantik, dan memiliki mata yang bundar, aku tidak terlalu memahami apa yang mereka katakan, namun kebanyakan pria yang mendekatiku mengatakan hal serupa.

Karena itulah dalam usia yang relatif muda, 21 tahun aku berhasil menemukan jodoh yang baik, dia cukup kaya dan orangnya pengertian walaupun usianya jauh lebih tua dari aku, 31 tahun, maklum karena aku selama ini dibesarkan dengan didikan orang tua yang otoriter sehingga suamiku juga cukup selektif karena Mama hanya memperbolehkan orang yang qualified menurutnya untuk apel ke rumahku, bila pria yang apel ke rumahku berkesan norak dan hanya membawa kendaraan roda dua, jangan harap Mama akan mengijinkannya untuk apel lagi.

Selama beberapa tahun, hubungan kami baik-baik saja, kami dikaruniai dua orang anak, dan kami sangat berkecukupan di bidang materi. Namun kadang-kadang tidak semuanya berjalan lancar, ternyata suamiku tidak bisa lagi memberi nafkah batin kepadaku, ternyata dia mengalami problem impotensi, karena overworking. Tetapi saya tetap mencintainya karena dia jauh dari perselingkuhan dan dia sangat perhatian kepadaku.

Walaupun dia sudah tidak dapat lagi memberiku kepuasan, namun saya tetap menahan diri dan mencoba untuk tidak berselingkuh. Semuanya berjalan dengan baik sampai akhirnya datang Roni. Dia adalah rekan bisnis suamiku sejak lama, namun aku baru sekian lama dapat berjumpa dengannya, dia seusia suamiku, menurutnya dia dan suamiku berpartner sejak mulai bekerja, kami kemudian menjadi dekat karena dia orangnya humoris.

Dasar laki-laki tampaknya dia cukup tanggap dengan keadaan suamiku yang tidak mampu lagi memuaskan diriku sehingga akhirnya dia akan membawaku ke jurang kehancuran, aku dapat merasakan matanya yang jalang bila melihatku, terus terang saja aku merasa risih namun ada sensasi birahi dalam diriku bila dipandang seperti itu, aku tidak tahu mengapa, mungkin karena aku tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu, walaupun ketika masih mojang aku mempunyai banyak kenalan pria.

Suatu saat dia menelepon dari hotelnya, dia menyuruhku menjemput suamiku yang katanya minum-minum sampai mabuk, aku ingat waktu itu masih pagi betul, memang suamiku kadang lembur sampai malam sekali, sehingga aku tidak tahu kapan dia pulang. Betapa bodohnya aku, aku menyadari suamiku tidak pernah minum alkohol, entah mengapa ajakan Roni seperti hipnotis sehingga aku tidak curiga sama sekali.

Akhirnya aku sampai di hotel GS tempat Roni menginap, aku memasuki kamarnya dan dengan muka tak berdosa dia memaksaku untuk masuk, tanpa curiga aku cepat-cepat masuk dan mencari suamiku, namun ketika aku sadar dia tidak ada tiba-tiba mulutku dibekap dari belakang, napasku sesak sampai aku pingsan, entah apa yang terjadi selanjutnya, aku merasa ada kegelian di dadaku, seseorang mengelus-elus dan meremas-remas bagian dadaku. Pelan-pelan aku terbangun, kulihat Roni sedang memainkan payudaraku. Oh, betapa terkejutnya aku, apalagi mendapati diriku terebah di tempat tidur dengan hanya baju atasan yang sudah terbuka dan BH-ku yang sudah dibuka paksa. Aku menyuruhnya melepaskanku kudorong dorong badannya tetapi dia tak bergeming.

Dia memegangi kedua tanganku dan menekuk kedua lenganku dan menaruhnya di samping kepalaku, sehingga aku praktis tidak bisa apa-apa, genggamannya terlalu kuat, dia tertawa kecil dan menciumi kedua puting payudaraku, aku menolak tapi entah kenapa aku merasa risih birahi. Kemudian dia memasukkan penisnya ke bagian kemaluanku, aku meringis-ringis dan berteriak, rasanya sakit sekali.

Tetapi aku sepertinya justru menginginkannya, di tengah pergumulan itu aku menyadari bahwa penis suamiku sebenarnya terlalu kecil, aku pelan-pelan merasakan kenikmatan, dasar lelaki tampaknya Roni sangat pintar mengambil kesimpulan, aku pasrah pada kemauannya, ketika dia membalikkan badanku sampai seperti merangkak, dia sangat agresif, tetapi aku dapat mengimbanginya karena sudah lama aku tidak merasakan ini. Dia kembali menusukkan penisnya di kemaluanku dan meremas-remas payudaraku. Ahh, memang aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang bahkan suamiku sendiri tidak pernah memberikannya. Kemudian merasa tidak puas dengan baju bagian atasku yang masih menempel, dia melepaskannya, sambil kemudian membuat posisiku seperti duduk dipangku olehnya.

Seperti kesetanan aku secara otomatis mengikuti irama kemauannya, ketika kedua tangannya memegang perutku dan menggerakkannya naik turun aku secara otomatis mempercepat dan memperlambat gerakanku secara teratur, dia tersenyum penuh kemenangan, merasa dia telah membuat ramalan yang jitu. Kurasakan dia kembali meremas-remas dadaku ketika dia merasa aku dapat mengambil inisiatif. Sungguh seperti binatang saja aku, melakukan hal semacam itu di pagi hari, di mana seharusnya aku ada di rumah mempersiapkan sarapan dan mengurus anak-anakku. Sempat kurasakan tiada selembar benangpun menempel di tubuhku kecuali celana jinsku di sebelah kanan yang belum terlepas seluruhnya, tampaknya Roni tidak sempat melepasnya karena terlalu terburu nafsu.

Akhirnya dia menyuruhku mengambil posisi telentang lagi dan dia mengangkat dua kakiku direntangkannya kedua kakiku ke arah wajahnya dan dia mulai memainkan penisnya lagi, dan kurasa dia sangat menaruh hati kepada payudaraku, karena kemudian dia mengomentari payudaraku, menurutnya keduanya indah bagaikan mangkuk. Hmm, aku sungguh menikmatinya karena suamiku sendiri tidak pernah memberi perlakuan spesial pada kedua payudaraku ini, paling dia hanya meremas-remasnya. Tetapi apa yang dilakukan Roni benar-benar sungguh mengejutkan dan memuaskan diriku, dia menghisap putingku dan memainkannya seperti dot bayi. Hanya sebentar rasanya aku mengalami orgasme, aku merasa lelah sekali dan kehabisan nafas sampai akhirnya dia juga sampai ke situ.

Setelah itu aku merasa sangat marah dan menyesal kudorong Roni yang masih mencoba mencumbuku, kumaki dia habis-habisan. Tampaknya dia juga menyesal, dia tidak dapat berkata apa-apa. Roni kemudian hanya duduk saja sementara aku sambil menangis memakai kembali seluruh pakaianku. Aku mencoba menenangkan diri, sampai kemudian Roni mengancamku untuk tidak mengatakan hal ini kepada suamiku, dia kembali menekankan bahwa bisnis suamiku ada di tangannya karena dia adalah pembeli mayoritas sarang burung walet suamiku. Aku membenarkannya karena suamiku pernah berkata bahwa Roni adalah koneksinya yang paling penting. Aku bingung olehnya, baru-baru ini ketika dia pulang ke kotaku, dia kembali memaksaku melakukan lagi hal serupa, bahkan dia pernah berkata bahwa suamiku sudah menyerahkan diriku padanya karena dia merasa tidak mampu lagi memuaskan diriku.

Tamat

Aku terjebak dalam badai

Tes.. tes.. Hujan gerimis. Padahal mentari masih bersinar, membuai orang-orang menikmati senja. Aku bergegas pulang. Keramaian taman makin menghilang. Sibuk orang-orang menyelamatkan diri dari titik-titik air. Lalu menyelamatkan yang lainnya, jemuran pakaian dan kasur. Gerimis meningkatkan frekuensinya menjadi lebat. Hujan deras. Di depan flatku seorang wanita muda mengangkati jemurannya yang cukup banyak. Kelihatannya kurang mengantisipasi akibat baru bangun tidur. Masih memakai piyama.
'Saka, bantuin Tante dong!'
Tanpa bicara aku membantunya. Sprei, kelambu, baju, t-shirt, dan ..ih, pakaian dalam.
'Bawa ke mana, Tante?'
'Sekalian ke dalam aja!'

Tante Imas berjalan di depanku. Menaiki tangga hingga lantai dua. Aku cukup puas menikmati irama pinggulnya yang kukira agak dibuat-buat. Saat menghadap ke arah terang, siluet tubuhnya jelas membayang. Seakan telanjang. Kami masuk ke rumahnya. Tante Imas menggeletakkan jemuran di sudut kamarnya, akupun mengikutinya.
'Makasih ya? Kamu mau minum apa, Ka?' tanyanya yang langsung menghentikan maksudku untuk langsung pulang.
'Apa aja deh, Tante. Asal anget.'
Kurebahkan diri di sofanya. Hmm, lumayan nyaman. Tante Imas belum mempunyai anak. Yang kutahu, suaminya, Om yang tak kutahu namanya itu hanya sekali-kali pulang. Dengar-dengar pekerjaanya sebagai pelaut. Ha ha, pelaut. Di mana mendarat, di situ membuang jangkar. Sinis sekali aku.
'Om belum pulang, Tante?' tanyaku basa-basi sambil menerima teh hangat.
'Belum, nggak tentu pulangnya. Biasanya sih, hari Minggu. Tapi hari Minggu kemarin nggak pulang juga.'
'Tante nggak kemana-mana?'
'Mau kemana, paling cuma di rumah saja. Kalau ada Om baru pergi-pergi.'
'Eh, kamu nggak ada keperluan lain, kan?'
'Nggak, Tante,' jawabku. Mau apa aku di rumah, sendirian, di tengah hujan yang semakin lebat begini.
'Temenin Tante ya. Ngobrol.'

Kamipun terlibat dalam obrolan yang biasa saja. Sekedar ingin tahu kehidupan masing masing. Dari ucapannya, kutahu bahwa suaminya bernama Om Iwan. Jarang pulang. Yang cukup membuat darahku berdesir agak cepat adalah daster itu. Seakan aku bisa melihat dua titik di dadanya, yang timbul tenggelam ketika kami bercengkrama. Tangan Tante Imas cukup atraktif. Entah sengaja atau tidak sering menyentuh tanganku, atau mampir di pahaku. Makin lama duduknya pun semakin dekat. Hingga..
'Saka, mau nonton film nggak? Tante punya film bagus nih.'
Wah untunglah. Rumahku tidak mempunyai vCD player. Tante Imas menyalakan TV lalu memasang film. Dan, astaga ternyata dia benar tidak memakai BH dan celana dalam. Aku bisa melihatnya jelas karena dia cukup lama berdiri menyamping, cahaya TV membuat gaun tidurnya menjadi selaput transparan. Bentuk payudara beserta putingnya beserta rambut di pangkal paha. Aku lebih ternganga lagi karena film itu XX. Kembali Tante Imas duduk di sampingku, malahan lebih dekat lagi. Tangannya mengusap-usap lenganku dengan lembut.

'Filmnya bagus ya?' Bisiknya pelan.
Namun terdengar di telingaku bagaikan rayuan. Aku tak mampu menjawab karena bibir bawahku menahan ekstasi yang kuat. Entah apa yang harus kulakukan kini. Mataku tak lepas dari wanita yang merintih di film itu, yang sudah distel suaranya pelan. Tante Imas menggenggam pergelangan tanganku. Dan, astaga. Dibawanya tanganku ke payudaranya. Didiktenya tangan ini ke daerah yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Begitu pula tangan kiriku. Kini masing-masing telapak tangan itu memegang rata masing-masing pasangannya, payudara. Pandanganku masih ke arah TV. Aku tak berani menatap wajah Tante Imas.. Tak pernah aku impikan hal ini terjadi. Sementara di TV desahan si gadis yang menghadapi dua batang penis makin membuat hot suasana.
'Saka, hadap sini dong,' ujarnya manja.
Kuhadapkan wajahku. Kulihat tatapan pengharapan di sana. Wajah Tante Imas cukup cantik, dengan kulit putih dan senyuman manis yang menghiasinya. Aku masih memegang payudara itu, hanya memegang dengan daster yang melapisinya. Ah, tak terasa daster itu. Hanya payudara besar ini fokus pikiranku. Tanganku masih canggung, sementara ada sesuatu yang mulai menggeliat di bawah sana.

Tiba-tiba dia menghentikanku, dengan cara yang sempurna. Tangannya merengkuhku dalam pelukan, sementara bibirnya mencium lembut. Payudaranya menghimpit dadaku. Membuat dadaku berdetak hingga aku merasa bisa mendengarnya. Ciumannya nikmat. Beda sekali sekali dengan apa yang ada di TV. Seakan ingin mengaliri dengan hangat jiwanya. Kami berciuman lama sekali, tak terasa tanganku ikut mendekapnya makin erat. Kulepaskan dekapanku untuk mulai mengontrol diri kembali. Berakhirlah sesi ciuman itu.

'Kenapa Saka? Kamu marah ya?' tanyanya pelan.
Tapi sialan, suara-suara di TV itu kembali mengacaukanku. Melumpuhkanku lagi dalam birahi.
'Maafin Tante ya? Tante..' Wajah itu mengeluarkan prana iba untuk dikasihi.
Dia kembali menciumku, cukup hangat. Namun tak sehangat tadi kurasa. Akupun tak mengharap ciuman kasih sayang, karena dariku juga tinggal nafsu. Ciuman-ciuman itu pindah ke leher dan telinga. Ah, tak pernah kubayangkan bahwa daerah ini lebih membuatku bergidik. Akupun menirunya. Kami saling menciumi leher, bahkan Tante Imas sempat mencium keras.
'Aduh, Tante..'
Dia lalu tersenyum dan berdiri. Perlahan dia melepas daster itu, mulai dari tangannya. Satu demi satu tangan daster itu terlepas. Daster melorot, tertahan sebentar di bulatan payudaranya yang besar. Dia menarik ke bawah lagi daster itu. Terlihat payudara, tanpa BH. Putih, bulat, besar, dengan puting susu berwarna merah muda. Mulutku menganga kagum seakan ingin memakannya. Aku menelan ludah.

Diturunkannya lagi. Aku menikmati satu persatu sajian pemandangan itu. Perutnya putih dengan pinggang yang ramping. Pusarnya menjadi penghias di sana. Daster itu tertahan di pinggangnya. Oh, pantatnya menahan. Aku semakin berdebar, ingin mempercepat proses itu, aku ingin segera melihat kemaluannya. Diturunkan lagi, dan ah.. vagina itu muncul juga. Dihiasi rambut berbentuk segitiga yang tak begitu lebat. Bibir vaginanya merah segar, sedikit basah. Untuk pertama kalinya aku melihat wanita bugil. Dengan senyumnya, bangga membuatku tergakum-kagum.

'Sekarang, kamu juga buka ya?' perintahnya manja.
Aku membuka tshirtku. Tante Imas membuka celanaku, Lepas jinsku, tapi Tante Imas tak segera membukanya. Dia jongkok lalu menjilati penisku dari luar celana dalam. Tampak noda basah sperma yang makin ditambah oleh air ludah. Penis itu makin membesar dalam celana dalam, rasanya tak enak kerena tertahan. Segera kubuka dan ..hup keluarlah batang kemaluan diikuti dua bolanya. Tante Imas mengecupnya, si penis tampak membesar. Semakin tegaknya penis diikuti dengan jilatan-jilatan lidah. Uff, enak sekali.

Kini gantian tangannya yang bekerja. Pertama dirabanya semua bagian penis, lalu mulai mengocoknya. Setelah kira-kira telah utuh bentuknya, tegak dan besar, dimasukkannya ke dalam mulut. Tante Imas memandang ke atas, wajahnya berseri-seri .
'Teruskan Tante.'
Lidah Tante Imas menjilat-jilat, kadang menggelitik penisku. Lalu mulai memaju mundurkan mulutnya, seakan sebuah vagina menyetubuhi penis. Ini hebat sekali. Sekitar 15 menit permainan itu berlangsung, hingga..
'Tante, saya mau ke-luar..' kataku terengah-engah.
Tante Imas malah mempercepat kocokan mulutnya. Aku ikut memegang kepalanya. Dan keluarlah ia. Aku merasa ada 5 semprotan kencang. Tante Imas tidak melepasnya, ia menelannya. Bahkan terus mengocok hingga habis spermanya. Lega rasanya tapi lemas badanku. Tante Imas berdiri, kemudian kami berciuman lagi. A

'Sekarang gantian ya..'
Kini aku menghadapi payudara siap saji. Pertama kuraba-raba dengan kedua tanganku. Remasan itu kubuat berirama. Lalu aku mulai berkonsentrasi pada puting susu. Kutarik-tarik hingga payudaranya terbawa dan kulepaskan. Hmm, bagaimana rasanya ya? Aku mulai menjilatinya. Enak. Jilatanku pada satu payudara sementara tangan yang lain meremas satunya. Ketika kuhisap-hisap putingnya, terasa makin mancung, mengeras, dan tebal puting itu. Kulakukan pula pada payudara satunya. Oh, ternyata jika wanita terangsang, yang ereksi adalah puting susunya. Kira-kira 5 menit aku melakukannya dengan nikmat.

Kemudian jilatanku turun, hingga vaginanya. Kucoba dengan jilatan-jilatan. Kusibakkan lagi rambut kemaluannya agar jilatan lebih sempurna. Ada seperti daging kecil yang menyembul. Yang kutahu, itu adalah klitoris. Kuhisap seperti menghisap puting susu, eh Tante Imas merintih.
'Hmm, Saka, jangan dihisap. Geli. Tante nggak kuat.'
Dan Tente Imas benar-benar lunglai. Tubuhnya rebah ke sofa. Dia terlentang dengan paha mengangkang memperlihatkan vagina terbuka dan payudara yang berputing tegak. Aku lanjutkan lagi kegiatan ini. Makin lama kemaluannya makin basah. Jilatan dan hisapanku makin bersemangat, sementara di sana Tante meremas-remas payudaranya sendiri menahan ektasi.

Tiba-tiba pahanya mendekap kepalaku dan ..serr seperti ada aliran lendir dari vaginanya. Otot liang itu berkontraksi. Inikah orgasme, hebat sekali, dan aku melihatnya dari dekat. Tak kusia-siakan lendir yang mengalir, kuhisap dan kutelan. Rasanya lebih enak dari sperma. Tubuh Tante Imas yang bergoyang-goyang akhirnya tenang kembali. Jepitan pahanya mulai melemah namun penisku mulai ereksi lagi. Kucium mesra vaginanya seperti aku mencium bibirnya. Tante Iya tersenyum. Bibirnya berkata 'Terima kasih,' namun tak mengeluarkan suara.

Gambar di film itu merangsang kami. Wanita berpayudara besar terlentang diatas meja kantor. Diatasnya laki-laki dengan penis panjang dan besar menyetubuhi payudaranya. Tangan si wanita menekan payudaranya sendiri agar merapat, dan penis itu melewati celahnya. Kupikir pasti asyik sekali. Aku menjilati dulu payudara Tante Imas, agar basah dan lengket. Tak lupa dengan hisapan-hisapan di putingnya. Setelah merasa cukup, aku duduk di muka payudara itu. Tante Imas merapatkan celah payudaranya. Dia tersenyum senang. Aku mulai dengan pelan memasuki celah payudara, seakan itu adalah liang vagina. Uff, sensasinya luar biasa. Aku mulai memaju mundurkan penis dengan irama. Ujung penisku terlihat saat aku maju. Kalau klimaks, pasti spermanya sampai ke wajah Tante. Tanganku ikut memegang payudara untuk menguatkan hujaman penis. Kadang aku menarik-narik puting susu. Aku mencium bibirnya, mengangkat paha di lehernya, kemudian menyerahkan lagi penisku. Dihisap dan jilat lagi, seperti tak puas saja. Posisiku duduk tak enak. Aku tak bisa duduk karena akan menekan lehernya, tangankupun tak bisa memaju mundurkan kepalanya. Oh, ada sandaran tangan. Empuk lagi. Apalagi kalau bukan payudara. Sambil aku meremas-remasnya, penis seperti diremas-remas juga.

Tante Imas mengeluarkan kemaluanku sebentar, mengajak posisi 69. Hm, kupikir boleh juga. Maka aku berganti posisi lagi. Tubuhku menghadap Tante Imas, tapi saling berlawanan. Penisku di mulutnya, vaginanya di mulutku. Sampai beberapa saat kami melakukan itu. Aku tak tahu apakah Tante mendapat orgasme lagi, tapi dia sempat diam mengulum penisku, pahanya menekan rapat kepalaku, tapi tak ada cairan yang keluar.
'Saka, berhenti dulu deh.' serunya.
Padahal aku sedang asyik dengan posisi ini. Tante Imas berdiri menuju ke dapur. Rupanya dia minum air dingin. Tante Imas datang. Membawa dua gelas air es dan menyodorkan dua tablet yang kuduga obat kuat. Kami meminumnya satu-satu. Tante memperhatikanku lalu melihat film itu.
'Kita bercumbu beneran, yuk,' ajaknya.
'Di bathtub yuk.'

Dia memegang kemaluanku seperti memegang tanganku, untuk mengajak dengan menggandeng penis itu. Kami ke kamar mandinya. Bathtub-nya cukup besar, Kami mulai lagi. Di bawah shower itu berpelukan sambil meraba dan menyabuni. Nikmat sekali menyabuni payudaranya, senikmat disabuni penisku. Tak ada yang terlewatkan, termasuk vagina dan anus. Ketika air mulai penuh, kami berendam. Airnya tak diberi busa. Nyaman sekali. Lalu kami mulai saling merangsang, meninggikan tensi kembali. Tante Imas mengocok penisku dalam air, sementara aku meraba-raba vaginanya.

Tak berapa lama dia duduk di pinggiran bathtub. Kelihatannya dia ingin vaginanya dijilat. Aku merangkak menjilatinya. Cairannya mulai keluar lagi.
'Pakai tangan juga dong,' pintanya lanjut.
Aku menuruti saja. Kukocok dengan telunjuk kananku. Kucoba telunjuk dan jari tengah, semakin asyik. Tangan kiriku mengusap klitorisnya. Tante memejamkan matanya menahan nikmatnya. Sebelum berlanjut lebih jauh, Tante menghentikan. Membalik badannya menjadi menungging dan membuka pantatnya. Ternyata dari tadi aku belum mengeksplorasi daerah anus. Akupun mencobanya. Kujilat anusnya, reaksi Tante mendukung. Kujilat-jilat lagi, dari anus hingga vagina. Lalu kocoba masukkan dua jariku lagi ke vaginanya dan mengocoknya. Lidahku menjilat-jilat lagi. Daerah pantat yang menggembung berdaging kenyal seperti payudara. Akupun suka. Tante Imas menunjukkan reaksi seperti akan orgasme lagi. Desahannya mulai keras.

'Saka, Tante mau keluar lagi nih. Cepat! Pakai penismu. Ayo masukin penismu. Cumbu Tante, Saka,' jeritnya tertahan putus-putus.
Astaga, dirty talk sekali. Membuat aku makin terangsang. Aku siapkan penisku, walau agak bingung karena tak ada pengalaman. Tante Imas mengocok vaginanya sendiri sambil menungguku memasukkan penis. Penis sudah kuarahkan ke vagina.
'Tante, nggak bisa masuk, nih,' tanyaku bingung.
'Tekan saja yang kuat. Tapi pelan-pelan.'
Aku ikuti sarannya, tetap saja susah. Dasar pemula. Jadinya penisku hanya merangsang mulut vagina saja, menggosok klitoris, tapi itu malah membuat Tante makin terangsang.
'Ayo masukkan, Tante sudah hampir keluar,'

Dengan tenaga penuh aku coba lagi. Dan, berhasil. Kepala penisku bisa masuk walau sempit sekali. Tante Imas bergoyang untuk merasakan gesekan karena klimaksnya semakin dekat. Ketika aku coba masukkan lebih dalam lanjut pantat Tante bergoyang hebat. Otot vaginanya seperti meremas-remas. Penisku yang walau baru kepalanya saja menikmati remasan vagina ini. Dan Tantepun orgasme. Setelah itu dia jatuh dan berbaring dalam bathtub. Aku sudah melepaskan penisku.
'Tante, maafin saya ya,' kataku agak menyesal.
Aku belum memasukkan seluruh penisku dalam vaginanya saat dia orgasme.
'Nggak apa-apa. Kepala penisnya sudah nikmat, koq. Ayo kita coba lagi. Sekarang penis kamu mau dikulum, nggak?' Tak usah bertanya. Ganti aku yang duduk di tepi bathtub'.

Tante merangkak dan mengulum penisku. Ah, pose seperti ini membuat aku nyaman, seakan aku yang punya kuasa. Di ujung tubuh yang merangkak itu ada pantat. Wah, empuknya seperti payudara. Akupun menjamah dan meremas-remasnya. Kadang aku membandingkan dengan satu tangan tetap meremas pantat, tangan yang lain meremas payudara. Kenikmatan ganda. Kelihatannya Tante juga menikmati sekali.

Ombak berdebur kecil di bathtub itu. Kurasakan penisku mulai megeluarkan tanda akan klimaks. Tumben cukup lama sekali aku bertahan. Mungkin karena obat yang diberikan Tante. Kuhentikan gerakan Tante, kuanggukkan kepalaku ke wajahnya yang masih mengulum penisku. Tante berdiri, aku mengikutinya. Tante membuka vaginanya, aku mengarahkan penisku. Kugosok-gosokkan ke vaginanya. Kutemukan klitosinya. Seperti puting susu, kumasukkan klitoris itu ke dalam lubang penisku. Rangsangannya kuat, sampai-sampai Tante mau jatuh lagi seperti ketika klitorisnya kuhisap kuat-kuat. Ok, sekarang aku mulai memasukkan penisku. Tante Imas menggenggam penisku, mengarahkan agar bisa masuk. Aku seperti orang bodoh yang harus diajari untuk melakukan gerakan yang kupikir semua laki-laki juga bisa. Ternyata tidak mudah. Dengan susah payah akhirnya kepala penisku masuk.

Seperti tadi, kucoba goyang maju mundur untuk membuatnya siap melanjutkan misinya. Suasana begitu sepi, mungkin sudah malam. Tapi hujan masih menetes satu-satu. Sunyi. Saat itu, tiba-tiba ada ketukan di pintu rumah. Tok..tok..tok.. Dan kami diam seperti hendak dipotret saja,
'Imas..Imas, ini aku. bukain pintu dong..', teriak seorang laki-laki.
Kami bagai tersambar geledek, mematung dalam badai. Hujan tadi berlanjut menjadi badai akibat suara itu.
'Mas Iwan..', bisik Tante Imas pelan. Penisku langsung lemas, keluar begitu saja dari vagina yang telah susah payah berusaha dijebolnya.
'Apa yang harus kita lakukan?'
'Aku akan berpura-pura..'
'Kalau aku?'
'Sembunyi saja.' 'Dimana?' Kata-kata kami meluncur cepat nyaris tak bersuara. Kami berusaha berfikir. Agak sulit, karena sedari tadi hanya menggunakan nafsu.
'Imas, kamu tidur ya? Bukain dong,' suara Om Iwan seakan detik-detik bom waktu yang siap meledak. Wajah Tante Imas sedikit cerah.
'Aku ada akal..'
'Gimana?' tanyaku tak sabar.
'Kamu di sini saja dulu. Jangan keluar sebelum kupanggil.'

Tante Imas merendam lagi dirinya dalam bathtub, kemudian keluar. Aku menutup pintu kamar mandi, tidak terlalu rapat agar bisa melihat keadaan. Kulihat Tante Imas membawa pakaianku dan menengelamkannya dalam tumpukan jemurannya. Mengelap lagi sofa dengan dasternya, melemparkan daster itu ke tumpukan jemuran. Kemudian membuka pintu. Apa yang dilakukannya? Dia sudah gila? Aku bisa mati jika suaminya tahu kami telah berbuat. Belum sih, tapi hanpir menyetubuhi istrinya. Lalu? Adakah mantra untuk menghilang? Aku takut menghadapi kenyataan Saat ini Di tempat ini Dalam keadaan ini Dengan apa yang telah kulakukan

Tamat

Ada romansa diantara kita

Kisahku ini berawal dari kenangan bersama seoarang gadis yang bernama Lia, yang berusia 23 tahun dan berstatus sebagai seorang mahasisiwi dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta.

Saat itu Lia yang sedang mengadakan liburan di sebuah tempat pariswisata yang terkenal dengan wisata pegunungan dan pantainya di sebelah timur pulau Bali, tanpa sengaja bertemu dengan diriku yang menjadi seorang pemain musik di cafe.

Pertemuan itu sendiri terjadi di internet cafe, yang kebetulan saat itu aku sedang mengetik beberapa lagu-lagu karanganku sendiri yang sengaja aku simpan di folder mailku.

Lia saat itu sedang mencari informasi tentang tujuan wisata yang ada di daerah itu, namun sampai beberapa saat sepertinya Lia tidak menemukan apa yang dia cari. Dengan sangat sopan dan ramah Lia memulai percakapan dengan menanyakan tempat-tempat yang bagus buat di kunjungi ke padaku.

'Maaf apakah anda tahu tempat-tempat wisata unggulan daerah ini?' tanya Lia tiba-tiba.

Aku yang saat itu duduk berjarak 2 meja darinya terkejut oleh pertanyaan spontan itu.

'Anda bertanya kepada saya?' tanyaku kemudian.
'Iya, maaf kalau mengejutkan anda!' Ujarnya kemudian.

Dengan sedikit gugup, kemudian aku menjawab pertanyaan Lia, karena saat itu juga aku masih serius dengan file-file aku.

'Di daerah ini yang menjadi primadona wisatanya adalah pegunungannya, kedua wisata pantai yang menawarkan pemandangan bawah air yang terkenal dengan karang birunya, setelah itu wisata budaya yang menampilkan objek rumah adat daerah ini,' terangku kemudian.

Mungkin karena penjelasan ku cukup menarik buat Lia, dengan raut muka yang ramah, kemudian dia duduk di sebelah mejaku yang tanpa dia sengaja juga dia telah memandangi monitor di depanku yang saat itu terpampang file dari lirik lagu-lagu karanganku yang saat itu sedang aku print.

'Kamu mengarang lagu sendiri yah?' tanya Lia lagi.
'Iya, kebetulan aja aku pemain musik di cafe dan suka menulis lirik lagu,' terangku lagi.
'Boleh aku baca lirik lagu-lagu kamu?' sahut Lia kemudian.
'Silakan, dengan senang hati,' lanjutku dengan menarik kursi di sebelahku dan menyodorkan kepada Lia, yang saat itu sedang berdiri di sampingku.

Setelah beberapa saat Lia membaca semua lirik lagu-lagu aku dengan serius, tak lama Lia berkata, 'Kamu menulis kisah pribadi kamu menjadi lirik lagu yah?' tanya Lia lagi. Yang kemudian aku timpali dengan tersenyum kepada Lia.

'Semua lirik lagu-laguku memang dari pengalaman pribadi, karena aku ingin apa yang menjadi kisah hidupku bisa aku rekam dalam bentuk sebuah seni dan akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagiku nantinya,' jelasku lebih jauh.
'Oh iya, kita sudah lama ngobrol nih tapi belum mengenal nama masing-masing diantara kita' sahut Lia spontan. Lia mengawalinya dengan menyodorkan tangannya..
'Lia..' ujarnya pendek. Yang kemudian giliran aku utuk melakukan hal yang sama.
'Adietya,' sahutku juga.

Dari perkenalan yang singkat itu, kami sudah saling akrab seperti layaknya teman lama. Saat itu juga dia memutuskan pergi besok paginya untuk mengisi acara liburannya dengan snorkeling di sebuah pulau kecil yang sepi dan berpasir putih.

Waktu menunjukan pukul 08.00 WITA, sesuai janjiku dengan Lia. Aku sudah berdiri di depan kamarnya dan kemudian aku mengetuk pintunya. Tak lama ada sahutan dari dalam.

'Pagi Adiet.. Tunggu bentar yah, aku sudah siap kok,' Dalam hitungan menit Lia sudah keluar dari kamarnya.
'Ayo kita berangkat!' katanya kemudian.

Dengan berjalan menyusuri pantai kita menuju ke perahu motor yang sudah aku pesan semalam. Sebelum naik ke atas perahu motor, aku mengambil peralatan snorkeling untuk kita berdua berupa dua pasang masker berikut finnya. Dalam perjalanan menuju pulau kecil yang hanya membutuhkan waktu 45 menit, aku menjelaskan pemandangan sekitar kita saat itu. Di samping kiri ada pemandangan Gunung Agung dari kejauhan, namun cukup jelas karena cuaca begitu bagus pagi itu.

Sesampainya di tujuan aku dan Lia turun dari perahu motor dan kita lanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hamparan pasir putih. Aku sudah membuka kaos saat di perahu motor tadi, dan hanya mengenakan celana renang ketika menuju lokasi snorkeling. Tak lama setelah sampai di bawah rindangnya pohon cemara, Lia membuka kaos nya dan terpampanglah suatau pemandangan yang membuat jantungku berdetak sesaat.

Saat itu Lia mengenakan bikini warna biru tua yang kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Mataku tertuju di tonjolan dadanya yang aku perkirakan berukuran 36b. Kemudian pandanganku beralih kebawah menuju pahanya yang mulus di topang oleh sepasang kaki jenjangnya, menjadikan pesona tubuh Lia semakin sempurna. Aku hanya bisa menelan ludah saat itu dan berhayal seandainya aku bisa memeluk tubuh yang sexy itu betapa beruntungnya diriku.

'Hai.. Kenapa melamun?' tegurnya mengejutkanku.
'Aku sudah siap nih' sahut Lia melanjutkan.
'Baiklah kalau begitu' ujarku menimpali tegurannya.

Ini adalah pengalaman pertama bagi Lia untuk snorkeling, dan sebelumnya Lia minta di ajarin sampai bisa. Hal yang paling sulit adalah saat bernafas melalui mulut, karena seluruh wajah tertutup oleh masker, kecuali bagian mulut.

Dengan penuh kesabaran aku mengajari cara-cara snorkeling yang umum dilakukan. Pertama aku membantunya memasang masker yang mana saat itu aku berdiri begitu dekat dengan nya, aroma khas tubuh Lia tercium sesaat, ketika aku membetulkan anak rambut yang menutupi raut wajahnya.

Kemudian Lia memasang fin sendiri, tanpa aku bantu. Tak lama berselang tubuh kita berdua sudah masuk ke dalam air. Perlahan aku berenang beriringan dengan Lia menuju ke tengah, yang aku perhatikan gaya berenang Lia sangat bagus. Setelah pengenalan di air cukup, akhirnya aku berenang agak menjauh, untuk memberikan kepercayan buat Lia melakukan snorkelingnya.

Dari dalam air, beberapa kali aku sempat memandangi bentuk tubuh Lia yang aduhai dari arah belakang saat dia berenang, mulai dari belahan pantatnya yang ranum sampai ke tonjolan di dadanya yang menantang.

Kembali aku berenang beriringan dengan Lia untuk meyakinkan kalau dia baik-baik aja. Saat sedang asyiknya kita berenang, tiba-tiba kaki Lia kram. Dengan tindakan spontan aku memeluknya, agar tidak tenggelam dan membawanya ke sebuah batu karang besar yang menonjol di tengah laut. Kita berdiri di atas batu karang yang, masih menyisakan bagian leher kita yang tidak tenggelam.

'Thanks ya Diet.. Atas bantuannya,' Ujar Lia sesaat setelah kejadian itu.
'Sama-sama,' timpalku kemudian.

Setelah acara snorkeling yang melelahkan, kita bersepakat untuk istirahat di bawah pohon cemara yang ada di tepian pantai. Sambil ngobrol tentang pribadi kita masing-masing, Lia meluruskan kakinya yang jenjang di hamparan pasir putih. Lia bercerita tentang kisah asmaranya dengan mantan pacarnya yang berakhir, karena cowoknya yang super sibuk sudah jarang lagi memperhatikannya.

Aku berusaha menghiburnya dengan mengatakan, kalau seandainya kalian tulus saling mengasihi hal itu tidak akan terjadi dan yang lebih terpenting adalah kedewasaan pasangan itu sendiri dalam menentukan sikap. Sepertinya Lia sangat senang dengan pendapatku yang demikian, hal itu terlihat dari sikapnya yang terpancar lewat senyumnya yang mengembang.

'Makasih ya Diet.. Kamu sudah mau menjadi teman curhatku,' sahut Lia kemudian.
Aku hanya tersenyum sambil mengatakan, 'Saat ini aku sudah bisa membuat kamu tersenyum, mungkin saat lain kamu yang akan membuatku tersenyum.' timpalku pelan.

Tak terasa kedekatan ini membuat tubuh kita semakin dekat, aku mendahuluinya dengan merengkuh tubuhnya untuk merapat ke pelukanku. Lia hanya diam sambil tersipu malu.

'Betapa bahagianya seorang cowok jika mendapatkan dirimu Lia,' lanjutku lagi.
'Kamu begitu baik, sabar, cantik dan memiliki tubuh yang sexy lagi,' tambahku kemudian

Yang di jawab dengan senyumannya yang mempesona. Dengan sedikit keberanian aku mendekatkan bibirku ke bibir Lia yang terbuka basah yang kedua matanya juga sudah terpejam. Sangat beruntung sekali suasana pantai siang itu sepi dan yang lebih menguntungkan lagi, karena memang lokasi kita duduk jauh berada di ujung. Dengan lembut aku mengulum bibir Lia yang ranum, dan terdengar desahan halus darinya.

'Ohh.. Diet,' desahnya. Sembari membisikan kata-kata mesra aku melanjutkan ciumanku.
'Aku sayang kamu Lia,' bisikku pelan.

Tanganku juga tak tingal diam, dengan perlahan aku mengelus punggung Lia yang hanya di lapisi bikini tanpa bra di dalamnya. Sesaat tindakan ini membuat Lia semakin terangsang yang diiringi dengan sikap memelukku erat.

'Oh.. Diet teruskan,' desahnya lagi.

Tanpa menghentikan tindakanku, tanganku yang satunya meremas payudara yang berukuran 36b itu dari luar bikini yang disambut dengan desahan berikutnya.

'Ohh..' desah Lia kembali.

Perlahan aku mulai membuka bikini Lia dari bagian atasnya dan berhenti sesaat sampai di pinggangnya, maka tersembulah payudara Lia yang ranum menggairahkan dengan di hiasi ujung nya yang merah dan mulai keras.

Sepertinya Lia mulai terangsang sekali. Tanpa menunggu lama lidahku langsung mengecup permukaan payudar Lia dengan lembut dan pelan. Lidahku menelusuri setiap bagian payudaranya dengan lincah.
Putingya aku hisap dengan lembut, sesaat setelah Lia bergetar pelan. Beralaskan kain pantai warna biru, aku merebahkan tubuh Lia yang sexy pelan.

Aku melanjutkan kegiatanku dengan memegang telapak kaki Lia kemudian, sesaat setelah Lia menelentang dan mencumbui setiap jengkal kakinya. Di mulai dengan menjilati tepalak kakinya yang mulus dan jari-jari kakinya yang lentik. Lidahku juga menghisap ujung jari-jari kakinya, yang membuat Lia semakin menggelinjang lembut.

'Oh.. Diet.. Kamu pintar menaikkan gairahku,' desahnya pelan.

Berikutnya lidahku berpindah untuk memberikan kepuasan lagi ke bagian tubuh Lia yang lain. Kali ini adalah bagian lehernya yang aku mulai dengan mencumbu bagian belakang telinganya. Kembali Lia mendesah pelan..

'Ohh.. Teruskan Diet,' desahnya.

Setelah cukup lama tangan Lia berdiam diri, akhirnya tergerak juga untuk mengambil bagian di kesempatan ini. Tonjolan di celana renangku sudah begitu keras, setelah tangan Lia masuk membelai penisku dengan lembut.

'Oh.. Lia.. Sss..' desahku kemudian.

Kemudian aku lanjutkan untuk membuka sisa dari bikini Lia yang di pinggang dengan menariknya kebawah sampai ke pangkal kaki. Dengan lembut aku menjulurkan lidahku ke bagian perut Lia yang ternyata dia sedikit kegelian.

'Hek.. Geli Diet,' ujarnya.

Seketika aku menghentikan menjilati bagian perutnya, yang aku lanjutkan dengan menjlati pahanya bagian dalam yang berakhir di pangkalnya yang berbulu hitam dan sangat lebat, tapi tertata rapi dan beraroma khas.

Tak lama berselang aku menjulurkan lidahku ke bibir luar vagina Lia dengan lembut. Hal ini menimbulkan sensasi tersendiri buat Lia.

'Ohh.. Diet.. Sss..' desahnya bergetar.

Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan ujung lidahku di clitorisnya yang sudah menonjol dikit. Tubuh Lia semakin bergetar setelah menerima perlakuan lidahku.

'Ohh.. Enak.. Sayang..' desahnya pelan. Lendir di lubang vagina Lia semakin deras keluar, menandakan kalau Lia begitu terangsang hebat.
'Ohh.. Diet.. Masukin sekarang.. Sayang..' pintanya mesra.

Sambil merangkak aku kembali menciumi bibir Lia yang terbuka, karena menahan rangsangan yang hebat. Dengan lembut aku memegang penisku dan mengarahkan nya ke lubang vagina Lia pelan. Tanpa kesulitan aku melesakan penisku ke dalam lubang vagina Lia, karena lendir Lia cukup memudahkan bagi penisku untuk menyeruak ke bagian dalam vaginanya.

'Ohh.. Tekan lebih dalam.. Diet..' pintanya kemudian. Yang diiringi dengan bibirnya mendesis lirih.
'Ssshh..' desis Lia. Perlahan dan lembut aku memaju mundurkan pinggulku untuk menusukkan penisku lebih dalam lagi.

Sret.. Sret.., irama penisku beradu dengan vagina Lia. Setelah cukup lama bersentuhan, terasa tubuh Lia bergetar dan mendesirlah cairan di dalam vagina Lia dengan hangat, menyirami kepala penisku. Lia mencapai orgasmenya di barengi dengan jeritan nya yang menggairahkan.

'Diet.. Aku sampai.. Ohh..' teriaknya lembut.

Kemudian aku mengecup bibir Lia dengan lembut, dan kembali memaju mundurkan penisku. Dalam beberapa saat aku merasakan tanda-tanda akan mencapai puncak, seketika aku mempercepat kocokan ku ke dalam vagina Lia. Sret.. Sret.. Sret, bunyi penisku beradu dengan vagina Lia. Bergetar tubuhku saat aku menyemprotkan spermaku ke dalam vagina Lia dengan deras, sambil memeluk erat tubuh Lia yang sexy.

'Ohh.. Sayang.. Enak.. Sekali..' jeritku sesaat setelah spermaku membasahi seluruh bagian dalam vagina Lia. Setelah itu aku kembali mengecup bibir Lia dengan lembut dan membisikkan kata-kata..
'Makasih yah sayang.. Kamu sudah membahagiakan aku,' bisikku lembut.

Begitulah seterusnya kisah cinta antara aku dan Lia yang berujung hubungan lebih serius sepulang nya Lia Ke Jakarta.

Sampai di sini dulu kisahku, nantikan kisahku yang lainnya.


E N D

Ceritaku bersama ...

Berawal pada suatu hari (aku sudah lupa hari dan tanggalnya), saat itu aku sudah mulai bekerja di suatu perusahaan yang lumayan besar. Yang kuingat hari itu aku tidak masuk kantor berhubung sedang libur. Untuk mengisi kekosongan hari itu aku jalan-jalan ke Blok-M Plaza sendiri saja karena aku lagi tidak punya cewek (baru putus), iseng saja aku keliling sendiri mulai dari lantai bawah sampai ke lantai atas dan akhirnya aku stand by di bioskop Twenty-One. Sambil asyik melihat poster-poster film yang dipasang, mataku jelalatan ke kiri dan ke kanan kali-kali saja ada cewek yang mau menemaniku nonton film. Tapi sepertinya hari itu hari sialku, karena kulihat tidak ada satu perempuan pun yang sendirian, semua perempuan yang datang ke situ semua bawa pasangan. Setengah putus asa kubeli saja tiket nonton, dalam hatiku bilang 'Ya sudahlah.'

Setelah pintu theater di buka aku langsung saja masuk dan menunggu filmnya diputar. Waktu film hampir main tiba-tiba ada yang menegurku 'Permisi Mas..!' Waktu kulihat ternyata yang ngomong adalah seorang perempuan. Dia ternyata duduk di sebelahku, terus kubalas saja 'silakan ehm sendiri saja?' aku tanya begitu karena aku nggak lihat siapa-siapa lagi selain dia. 'Iya nih lagi iseng habis boring sih kalau dirumah.' Itu perempuan jawab sambil melihat ke aku. Dalam hati aku berpikir 'Nah ini dia, tadi dicari di luar nggak ada ehh.. nggak tahunya malah dapat di dalam.' Kuteruskan saja tanyanya, 'Kenapa kok di rumah bisa boring sih?' 'Ya.. bosen saja kalau hari libur gini, nggak ada kegiatan tuh!' Dia bilang sambil mulai makan popcorn yang dia bawa. 'Eh Mas mau?' dia menawarkan popcorn ke aku. 'Wah makasih deh nanti saja yah!' jawabku. 'Oo.. iya.. namaku Jimmy, nama kamu siapa kalau boleh tahu?' tanyaku. 'Namaku Reny, kamu sendirian juga Jim', itu cewek tanya lagi ke aku. 'Iya habis sama seperti kamu, aku juga lagi nggak ada acara makanya aku nonton saja' sahutku.

Akhirnya kita berdua jadi ngobrol panjang lebar sambil menunggu film main. Pas film sudah main kukeluarkan Coca Cola kaleng yang kubeli di luar dan berniat untuk membukanya. Entah kenapa tiba-tiba itu Coca Cola kaleng muncrat isinya pas kubuka dan airnya menyembur keluar mengenai badan Reny. Dengan reflek kukeluarkan saputanganku dan langsung membersihkan air Coca Cola yang ada di badan Reny sambil bilang, 'Waduh sorry berat nih sumpah aku nggak sengaja!' Waktu membersihkan, aku nggak sengaja menyenggol buah dadanya itu cewek. Wah ternyata walaupun nggak besar-besar amat tapi padat sekali. 'Enggak apa-apa kok Jim kan lu nggak sengaja ini!' balas Reny. Berhubung si Reny diam saja waktu kesenggol buah dadanya, ya sudah aku lama-lamain saja membersihkan di bagian itu sambil sesekali coba meremas. 'Wah.. kok betah ya', sahut Reny. Sambil belaga bodoh aku bertanya, 'Betah kenapa?' 'Itu tangan kok malah mainin buah dadaku', kata Reny sambil menahan senyuman. 'Habis buah dada kamu ngegemesin sih, sekel banget Ren?' sahutku lagi.
'Iya dong kalau punya properti tuh kan harus dirawat biar bagus', kata Reny lagi.
Di tengah film main aku iseng tanya begini, 'Ren dari pada di sini mending kita cari tempat saja yuk buat ngobrol?' Terus si Reny bilang, 'Ya sudah nunggu apa lagi Jim! Eh kamu bawa mobil?'
'Beres', sambil kugandeng tangan Reny untuk keluar dari gedung bioskop. Sampai di mobil aku tanya ke dia, 'So kita mau kemana nih, Ren?'
'Ya terserah kamu saja kan kamu yang ngajak!' jawab Reny.

Akhirnya kuajak saja ke hotel yang terdekat yaitu ke Hotel Melawai. Singkatnya setelah semua urusan check in selesai dan kita berdua sudah sampai di kamar, aku tanya lagi sama dia, 'Ehm kita mau ngobrol atau mau ngapain nih?'
'Ngapain juga kita di sini cuma ngobrol doang Jim, kan aku juga tahu maunya kamu apa!' Reny bilang gitu sambil melepas baju kaos dan rok mininya. Wah bodinya lumayan oke juga nih walaupun wajahnya nggak begitu cantik sih. Dia pakai bra sama CD warna hitam transparan jadi pentil buah dadanya dan bulu kemaluannya yang nggak begitu lebat kelihatan membayang. 'Buka dong baju kamu Jim terus kamu tunggu di tempat tidur, aku mau ke toilet dulu nih', sambil berkata begitu dia masuk ke toilet dalam hatiku berkata, 'Sialan nih cewek aku di suruh-suruh bikin aku malu saja!' Tapi kubuka saja baju, celana jeans dan CD-ku yang pasti penisku sudah tegang menunjuk ke atas. Timbul pikiran isengku, 'Si Reny ngapain yah di toilet, aku susul saja', langsung saja aku susul dia ke toilet. Pas pintu kubuka ternyata dia lagi nyeboki vaginanya pakai shower sambil duduk di pinggiran bak mandi. 'Heei ngapain kamu masuk Jim bukannya nunggu di kasur?' dia berkata begitu sambil sedikit kaget. 'Habis kamu lama banget sih kamu lihat dong penisku sudah tegang berat nih.' Sambil aku acungi penisku ke muka dia. 'Hihihihi sudah horny yah aduh kasihan sini aku jilatin deh!' sambil dia mengelus-ngelus penisku. 'Kamu ngapain sih lama benar?' aku tanya gitu sambil menikmati elusan tangan dia di penisku. 'Terus terang Jim aku juga sudah horny waktu di bioskop tadi, sampai vaginaku basah jadi aku cuci dulu habis tengsin sih!' Setelah bicara begitu dia mulai jilat dan melamot penisku.

'Uhh shh nikmat Ren..!' aku merasa penisku hangat sekali waktu dilamot sama Reny yang sesekali menggigit gemas penisku. Sekitar lima menit Reny mengulum penisku sampai basah banget sama air liurnya, gantian aku yang beraksi. Aku mainkan buah dadanya, pentilnya yang kecil dan berwarna coklat tua aku pelinitr-pelintir terus yang satu lagi aku remas dengan gemas, kulihat si Reny merem sambil merasakan remasan tanganku. Setelah beberapa lama kusuruh saja si Reny menungging di dalam bak mandi karena aku mau main pakai dog style. Berhubung nih cewek sepertinya sih 'perek' jadi aku nggak mau menjilati vaginanya. Waktu dia menungging, busyeet.. pantatnya 'bohai' banget terus aku elus-elus tuh pantat yang bohai, mulai dari arah pinggang sampai ke bagian vaginanya yang kalau menungging gitu jadi kelihatan jelas semua isi di dalamnya, aku mulai mengelus-ngelus bulu kemaluannya yang jarang terus kebagian kelentitnya aku gesek-gesek sambil sesekali kumasukan jari tengahku ke lubang vaginanya yang sudah mulai basah.

'Ahh.. uhh.. shh.. waw Jim nikmat Jim ah!' Reny mulai mendesah genit keenakan. Setelah kurasa sudah cukup basah akhirnya kuarahkan penisku ke lubang vaginanya dan perlahan kudorong maju 'Slebb!' Penisku masuk semua ke dalam vagina Reny karena memang sudah basah jadi nggak begitu susah. 'Aaww asshh shit ouhh Jimmy ahh!' Reny menjadi histeris setelah aku menggerakan pinggulku maju mundur perlahan. Rasanya memang nikmat banget apalagi buatku yang sudah kira-kira dua minggu belum tersalurkan nafsu birahiku. 'Shh oohh.. Ahh!' aku mendesah sambil maju mundurin pinggulku dan tanganku memainkan pentil buah dadanya yang juga sudah mulai keras. 'Ahh uuhh shit, Jim aku mau nyampe nih ahh duhh waawww..!' sambil bicara begitu Reny menekan keras pantatnya ke belakang agar batang penisku masuk lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Aku merasa ada cairan hangat yang membasahi batang penisku, ternyata si Reny sudah orgasme ini ditandai dengan kepalanya mendongak ke atas dan diserati desahannya, 'Auuhh shh Jim Ouff shh!' Langsung kucabut penisku dari vaginanya dan kugendong dia menuju ke tempat tidur yang nyaman. Aku rebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan kujilati buah dadanya yang mantap dengan rakus. Tiba-tiba aku punya ide dan aku langsung bangun dari tempat tidur menuju ke mini bar yang ada disamping TV. Aku buka kulkas dan kuambil juice jeruk. 'Kamu kok berhenti sih Jim..?' tanya Reny sambil masih celentang di tempat tidur. Aku jawab, 'Ada deh mau tahu saja!' Aku balik lagi ketempat tidur dan aku tuangkan juice jeruk tersebut ke buah dadanya, walaupun sampai tumpah ke kasur aku nggak peduli. Habis itu aku mulai jilati buah dadanya dengan rakus sambil menikmati juice jeruk yang kutuang tadi. 'Ohh Jim.. geli geli Jim Ahh..' Reny mulai blingsatan nggak karuan sambil menjambak rambutku. Aku terus jilat dan melamot buah dadanya sampai juice jeruk tersebut habis. Setelah itu aku buka pahanya lebar-lebar untuk kusodok dengan penisku lagi. 'Blesspp.. ahh.. Shh, ' aku mulai bergerak naik turun, 'Slebb bless slebb bless', terdengar bunyi dari vagina si Reny yang sudah mulai basah lagi. Reny yang sudah mulai horny mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti iramaku. Ternyata si Reny memang ahli karena aku merasakan nikmat yang nggak ada duanya, 'Wahh Ren ahh kamu hebat Ren shh vagina kamu bisa nyedot ohh.. Shh', ucapku keenakan.

Aku merasa kalau kali ini aku mau sampai, 'Ahh Ren.. aku mau keluar nih.' Reny mendorong tubuhku sambil bilang, 'Aku di atas deh.. Jim!' Kucabut penisku dan aku rebahan menggantikan si Reny yang sudah bangun dan langsung nangkring diatas perutku. Reny mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya dan menekan ke bawah, 'Bleep ahh..' Reny kini yang aktif, dia bergerak ke atas dan ke bawah sambil menjambak rambutnya sendiri. Tanganku yang bebas langsung bermain-main dengan buah dadanya yang sudah nggak karuan warnanya habis kucupangi tadi. 'Ahh duhh Jim.. gila nikmat benar shh ouhh', Reny sedikit menjerit. Setelah sekitar 15 menit aku merasa sudah nggak tahan lagi untuk orgasme, 'Ouuhhff Ren.. aku sudah nggak tahan nih shh', aku cengkram pinggang Reny untuk melampiaskan perasaan nikmat. 'Jim kita keluar bareng ahh shh.. ouhh.. Jimm.. cret creet croot croot..!' Akhirnya kita berdua orgasme bersamaan, nikmat sekali yang kurasakan saat itu. Setelah menikmati orgasme masing-masing kita tertidur sambil berpelukan.

Kita terbangun malam hari dan langsung berpakaian setelah itu langsung cabut. Ternyata hari libur aku nggak sesial yang kukira, malah aku dapat durian yang sudah matang.

TAMAT